Membantu lewat Kursi Roda Robotik

Saat ini, banyak berkembang sistem kontrol dengan memanfaatkan suara, tiupan atau kedipan. Kontrol sistem secara langsung dengan memanfaatkan sinyal otak seperti pada kursi roda disebut Brain Computer Interface (BCI), yang merupakan sistem kontrol paling sulit. Sinyal berorde mikrovolt (µV) yang sangat lemah dari otak ditransmisikan melalui alat nirkabel yang dipasang pada kepala pasien. Lemahnya sinyal ini membuat sinyal harus diamplifikasi hingga enam ribu kali agar dapat diolah oleh komputer menjadi Digitized EEG Signal.

Setelah melewati proses amplifikasi dan pengolahan oleh komputer, sinyal difiltrasi melalui proses Feature Classification untuk mendapatkan frekuensi yang sesuai. Pada kasus ini, µ-rhythm dengan rentang 8-13 µHz adalah sinyal yang dicari. Proses berikutnya adalah Feature Extraction, yakni menentukan jenis perintah yang diberikan, baik itu perintah untuk maju, belok, berhenti dan lain sebagainya. Algoritma tersebut menjadi perintah bagi kursi roda untuk bergerak.

Kursi roda tersebut juga dilengkapi alat untuk menginderai keadaan lingkungan melalui kamera di belakang kursi roda sehingga dapat merespon lingkungan. Dilengkapi dengan sistem navigasi yang berbasis gelombang ultrasonik, untuk bergerak maju kursi roda mengikuti dinding di sebelahnya (wall following) serta dapat menghindari hambatan di depan (obstacle avoidance). Kemampuan tersebut sangat membantu sehingga pasien tidak harus memerintahkan kursi roda jika ada gangguan karena secara otomatis kursi roda akan mencari alternatif jalan lain.

Keberjalanan penelitian ini tak selamanya mulus dan acapkali kendala finansial muncul. Namun, Supri dan rekan-rekan terus berusaha agar penelitian tetap berlangsung demi nasib mahasiswa sarjana yang harus mensyelesaikan tugas akhir untuk kelulusan. ’’Dana harus ada untuk membiayai tugas akhir dan jika ada keinginan pasti ada jalan. Memang capek, tapi justru menariknya di situ,’’ tutur Supri optimistis.

Kedepannya, Ketua Program Studi S2 Instrumentasi dan Kontrol dan S3 Teknik Fisika ini berharap agar semua disiplin ilmu di ITB mampu berkolaborasi dalam riset yang bermanfaat untuk Indonesia dan sesuai tren internasional. Meskipun Indonesia masih negara berkembang, anak bangsa harus percaya diri dan gencar dalam penelitian. Melalui penelitian ini, Supri juga berharap masyarakat memiliki akses untuk mempelajari dan memanfaatkan hasil riset anak bangsa. ’’Kita harus yakin. Bangun mimpi dan wujudkan untuk bangsa,’’ tutup Supri dengan semangat. (rls/tam)

Tinggalkan Balasan