Lantainya Terbuat dari 38 Karung Batu Bacan

Abusama menyatakan, setiap tamu yang datang ke Labuha atau Pulau Bacan selalu ingin tahu tambang batu bacan yang dikenal hingga luar negeri itu. Tapi, si tamu pasti kecewa karena di Pulau Bacan tidak terdapat batu bacan. Untuk melihat langsung tambang batu mulia tersebut, pengunjung harus ke Pulau Kasiruta yang tidak setiap saat bisa terlaksana. Sebab, kapal motor yang akan menyeberangkan hanya beroperasi pada hari-hari tertentu.

’’Karena itu, saya bangun jembatan dari batu bacan ini di depan rumah saya ini. Biar pengunjung yang datang di Pulau Bacan tidak harus menyeberang ke Kasiruta untuk melihat batu bacan secara langsung,’’ jelas mantan wakil ketua DPRD Halmahera Selatan tersebut.

Jembatan kecil itu dibangun pada pertengahan 2011. Momen pembongkaran jembatan kayu yang sudah rapuh oleh Kesultanan Bacan menginsipari Abusama untuk mengganti jembatan itu dengan batu bacan pada lantainya. Memang, Abusama berusaha mempertahankan konstruksinya yang tetap menggunakan kayu. Hanya lantainya yang diganti batu bacan dan batu kali di pinggirnya.

Setelah disetujui pihak kesultanan, Abusama membangun kembali jembatan itu. Hanya, lokasinya digeser sekitar 50 meter dari posisi jembatan lama atau persis di depan rumahnya.

’’Bersama beberapa tetangga, saya lalu mengambil batu bacan dari Kasiruta dengan menggunakan speedboat saya. Saat itu, kami dapat membawa 38 karung,’’ terangnya.

Abusama menegaskan, saat itu penduduk asli Pulau Bacan diperbolehkan mengambil batu bacan. Sebab, ketika itu batu bacan belum booming dan belum ada aturan khusus dari pemerintah.

’’Saat kami ambil, warna batunya masih hitam. Bongkahan batu itu lalu dipotong-potong dengan ketebalan 22 cm untuk dipasang sebagai lantai bagian tengah jembatan,’’ paparnya.

Pembangunan jembatan tersebut berjalan lancar. Warga sekitar, baik yang tinggal di Amasing Kota maupun Amasing Kota Utara, bahu-membahu mengerjakan jembatan tersebut. Dalam waktu sekitar dua bulan, jembatan sepanjang 38 meter itu pun rampung.

’’Delapan bulan setelah jembatan jadi, warna batu bacan di jembatan ini baru terlihat hijau. Itu seiring dengan gesekan kaki, sandal, dan sepatu warga yang lewat,’’ ujarnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan