Kongres Amanatkan Kawal Pemerintah

Mega menyatakan kalau punya anak buah atau kader partai hingga tingkat ranting yang loyal. Bukan hanya ke partai, mereka juga patuh dengan perintahnya. ’’Kalau saya bilang, satu bergerak, bergerak semua,’’ tegasnya, kembali disambut tepuk tangan.

Sebelum memberikan pidato penutupan, Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto terlebih dulu membacakan sikap politik sebagai bagian hasil Kongres IV. Di situ telah ditegaskan, kalau PDIP akan terus berjuang, memastikan, mengarahkan, mengawal, dan mengamankan kebijakan-kebijakan politik yang dikeluarkan oleh pemerintah. Yaitu, agar tetap mengandung satu muatan, satu arah, serta satu haluan ideologi Pancasila 1 Juni 1945, sekaligus berpijak pada konstitusi UUD 1945 dan memilih jalan Trisakti.

Partai-partai pengusung dan pendukung pemerintahan Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla dinilai terlalu cepat menagih jatah kue kekuasaan. Manuver parpol itu membuat komunikasi politik antara Jokowi dan partai pengusung menjadi terhambat. Dampaknya sangat jelas terlihat dalam Kongres PDIP yang baru saja berakhir kemarin.

Sindiran-sindiran yang dilontarkan Megawati menunjukkan betapa PDIP merasa ditingalkan oleh Jokowi. ’’Kondisi Psikologis Megawati saat pidato itu, kalau diibaratkan judul lagu, sakitnya tuh di sini,’’ ujar Pakar Psikologi Politik Universitas Indonesia Dewi Haroen dalam diskusi di Jakarta kemarin (11/4).

Megawati sudah merelakan mandat sebagai calon Presiden diberikan kepada Jokowi. Kemudian, saat sudah menang, belakangan dimunculkan wacana agar Jokowi menjadi Ketua Umum PDIP. Hal itu tentu menyakitkan bagi Megawati maupun PDIP.

Bisa dilihat, sebagai partai pendukung terbesar, PDIP hanya dapat jatah empat menteri. Kemudian, saat ini komunikasi antara Jokowi dan PDIP tampak terhambat. “Jokowi harus tahu bahwa pendukung riil dia hanya ada di PDIP,’’ tuturnya. Karena itu, perbaikan hubungan antara kedua pihak mutlak harus dilakukan.

Sementara itu, Ketua Bidang Hukum dan Konstitusi Relawan Projo Sunggul Hamonangan Sirait menilai persoalan hubungan antara Presiden dengan partai pengusung tidak berasal dari Presiden. Sebaliknya, Partai pendukung yang terlalu cepat bermanuver. ’’Belum-belum sudah genit,’’ ujarnya.

Seharusnya, partai memberi waktu kepada Jokowi untuk membuktikan janji-janji politiknya. Setelahnya, barulah partai bisa bermanuver.

Tinggalkan Balasan