Jabar Akan Optimalkan SDA

BATUNUNGGAL — Pemerintah provinsi akan mengoptimalkan sistem pengolahan sumber daya alam untuk menekan angka pengangguran di Jawa Barat. Gubernur Jabar Ahmad Heryawan menilai, SDA yang dimiliki wilayahnya masuk kategori berlimpah. Maka itu, tinggal dioptimalkan dalam sistem pengolahannya.

Aher
ISTIMEWA

PEDULI: Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan akan mengoptimalkan sumber daya alam yang dimiliki wilayahnya untuk mencetak wirausaha baru dan mengurangi ketergantungan terhadap ekspor.

’’Supaya semua tenaga kerjanya dikelola sama kita. Jadi ke depan tidak ada semangat untuk mengekspor barang mentah, bahkan barang baku itu nggak ada, yang kita ekspor ke depan harus barang jadi. Kita harus bangun bisnis pengolahan dari hulu tengah sampai hilir,” ujar Heryawan pada Diskusi Pelatihan Kewirausahaan di Bale Dinas Tenaga Kerja Jabar, kemarin (20/4).

Pemprov Jabar bertekad mencetak 100 ribu wirausahawan baru. Memang memerlukan proses, namun tidak menutup kemungkinan untuk diwujudkan. ’’Nah kita menginginkan gelora wirausaha, supaya proporsi antara jumlah wirausahawan dengan penduduk itu bagus,” paparnya.

Program pemberian dana kredit usaha yang digulirkan Pemprov, yaitu Kredit Cinta Rakyat (KCR) masih bergulir dan akan terus dicairkan. Dengan target membentuk empat persen wirausahawan dari total keseluruhan warga Jabar.

Mengenai adanya pengelolaan, Heryawan menekankan pada konteks kerakyatan dan kemandirian yang akan akan dibangun berlandaskan kebersamaan. ’’Yang jelas dana itu masih kita gulirkan ke masyarakat. Masyarakat, khususnya para pengusaha pemula, sangat dapat manfaat dari program itu. Karena dana murah, biasanya dana dana mikro itu kan bunganya cukup mahal, nah kalau ini hanya 8 persen saja, jadi sangat murah,” ungkap Heryawan.

Pemerataan sosialisasi serta pengelolaan KCR tentu masih menjadi masalah di berbagai kota terpencil. Sehingga, pemerintah mengutamakan hal itu. Pasalnya, penyerapan tenaga kerja perlu dilakukan dari hulu ke hilir. ’’Yang penting kita ada program KCR, program dana bergulir. Kemudian ada program-program advokasi perekonomian, pemberdayaan masyarakat juga di waktu yang sama,” klaim Heryawan.

Masih banyaknya bahan baku SDA yang diekspor Indonesia membuat proses pengolahan terputus. Dalam hal ini, Aher menjelaskan perlunya mengoptimalkan pengolahan bahan baku. ’’Bahan baku yang sering diekspor, salah satunya merupakan kopi. Mulai sekarang pakai kopi morning glory, kita mau bikin beberapa warung kopi di beberapa daerah, supaya mereka mengenal, supaya tahu kopi kita enak. Kita sudah mengolahnya, memasarkannya ke luar negeri maupun dalam negeri,” tandasnya. (fie/vil)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan