Incar Perdagangan Bebas

[tie_list type=”minus”]Kerjasama Indonesia – Turki[/tie_list]

JAKARTA – Indonesia kian agresif membuka pasar-pasar ekspor baru. Setelah Inggris dan Iran, Indonesia kini mengincar pasar Turki.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, selama ini kerjasama dagang antara Indonesia dan Turki belum optimal karena masih adanya hambatan di bidang tarif. Karena itu, free trade agreement atau perjanjian perdagangan bebas pun akan segera dijalankan. ”Targetnya selesai tahun ini,” ujarnya usai bertemu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Istana Merdeka kemarin (31/7).

Menurut Jokowi, produk-produk asal Indonesia memiliki daya saing atau competitiveness untuk masuk ke pasar Turki. Saat ini, pemerintah siap menginventarisir data produk yang potensial dan siap untuk menembus pasar ekspor Turki. ”Ini sekaligus proses menuju free trade agreement,” katanya.

Selain kerjasama ekonomi, Jokowi juga menyebut jika Indonesia akan meningkatkan kerjasama di bidang pertahanan dengan Turki. Salah satunya, dengan tukar menukar data intelijen untuk menanggulangi penyebaran radikalisme ISIS. ”Nanti kita tempatkan intelijen kita di perbatasan Turki – Suriah,” ucapnya.

Sebelum bertemu presiden, Erdogan pun sempat mengutarakan pandangannya terkait pertahanan Indonesia saat memberikan kuliah umum di Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas). Mantan walikota Istanbul itu menjabarkan fokus pemerintahan Turki dalam menanggapi konflik timur tengah, terorisme, dan reformasi PBB.

Dia menjelaskan, pemerintah Turki sangat aktif untuk menanggulangi konflik di timru terngah. Salah satunya, menampung 2 juta pengungsi dari daerah-daerah konflik. Angka tersebut terdiri dari 1,7 warga Syiriah dan 300 ribu warga irak. Hal tersebut diakui sebagai salah satu tanggung jawab Turki sebagai negara tetangga sekaligus negara mayoritas muslim.

”Banyak sekali negara di sekitar kami yang saat ini dalam keadaan konflik. Hal ini lah yang harusnya mendapatkan urun tangan dari semua negara. Bayangkan, Negara Uni Eropa saja keberatan saat menampung 200 ribu pengungsi. Banyak yang ditolak di laut sehingga harus kami selamatkan,” imbuhnya.

Hal tersebut sebenarnya hampi sama dengan Indonesia yang aktif menamping pengungsi Rohongnya dari Rohingnya dari Myanmar meskipun negara-negara lain bersikap enggan membantu. Dengan persamaan itu, dia pun berharap Indonesia dan Turki bisa bekerja sama saling tukar pengalaman dan bekerja sama terkait banyak isu.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan