Harga Beras Belum Turun

Pemerintah Giat Operasi Pasar

Andir – Untuk meredam tingginya harga beras, Pemkot Bandung gencar melakukan Operasi Pasar (OP) di sejumlah daerah. Namun demikian, aksi tersebut belum sepenuhnya bisa meredam harga beras saat ini.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan KP) Kota Bandung Eli Wasliah menegaskan, sudah melakukan operasi pasar di lima pasar tradisional yakni pasar Kiaracondong, Andir, Sederhana, Ujungberung, dan Kosambi. Dia menyebutkan, walau pemerintah sudah operasi namun beras jenis medium yang semula Rp 9-10 ribu per kilogram, harganya naik menjadi Rp 11.000 hingga Rp 12.000 per kilogram. Untuk beras premium awalnya harga pedagang Rp 11.000 – Rp 12.000 per kilogram, kini menembus Rp 14.000 per kilogram. ’’Penyebab harga beras naik karena adanya keterlambatan musim panen di wilayah Pantura seperti Subang, Indramayu, Cirebon dan Karawang,” tutur Eli, kemarin (26/2).

Dia mengatakan, dalam operasi pasar tersebut, pihaknya menjual beras jenis medium seharga Rp 7.400 per kilogram. ’’Respon masyarakat sangat tinggi. Hingga berbondong-bondong,” tegasnya.

Menyikapi hal itu, dia meminta warga Kota Bandung tidak panik atas kenaikan harga beras tersebut. Sebab, stok beras di Kota Bandung cukup banyak untuk empat bulan ke depan. Sementara itu, dari pantauan di lapangan harga beras jenis Rojolele Rp 12.000 per kilogram dari sebelumnya Rp 11.000 per kilogram, beras Burung Dara dari Rp12.000 menjadi Rp 13.000 per kilogram, beras super kini Rp 12.000 setelah sebelumnya Rp 11.000 per kilogram. Kemudian, Setrawangi Rp 11.500 menjadi Rp. 12.500 per kilogram. Rata-rata kenaikan, tercatat Rp. 1000-1500 per kilogram.

Di bagian lain, pedagang mengaku senang dengan upaya pemerintah dalam menurunkan harga beras. Dodi misalnya, pedagang beras di Pasar Ciroyom ini berharap, pemerintah bisa mengembalikan harga kepada kesemula. ’’Pemerintah dan Bulog bisa melakukan operasi pasar beras di semua pasar di Kota Bandung. Itu bagus, tapi sebaiknya tidak terlalu ketat juga pengawasannya,” kata Dodi.

Menurut Dodi, selama pengawasan dilakukan dengan benar, maka pemerintah pun tidak harus capek melakukan operasi pasar. Dengan kata lain, pemerintah selayaknya menindak oknum-oknum spekulan yang memainkan harga. ’’Kata saya itu lebih efektif ketimbang sibuk ungkat angkut beras. Dan setelah harga normal lagi, kemungkinan harga naik lagi. Ya karena pengawasan pemerintah hanya aktif ketika ada kasus. Setelah itu nyantai lagi,” kata Dodi. (mg1/rie)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan