Harga BBM Bakal Naik Lagi

[tie_list type=”minus”] Permintaan Minyak Mentah Menanjak [/tie_list]

JAKARTA – Harga bahan bakar minyak (BBM) pada pertengahan tahun kemungkinan kembali naik. Alasannya, pada Juni sampai September permintaan minyak mentah di negara-negara barat melonjak tajam. Diperkirakan, kondisi itu membuat harga emas hitam tersebut rebound signifikan.

BBM Kembali Naik
ilmi/radar cirebonJANGAN PANIK: Sejumlah SPBU di Kota Cirebon tidak tampak terjadi antrean yang berarti ketika harga BBM jenis premium naik, beberapa waktu lalu.

Menteri ESDM Sudirman Said menyatakan, pemerintah memprediksi bahwa pada pertengahan tahun minyak dunia berada di harga USD 60 sampai USD 70 per barel. Saat ini harga minyak mentah jenis brent diperdagangkan pada USD 58,16 per barel. ’’Ke depan kelihatannya ada kenaikan harga,’’ ujarnya.

Meski begitu, dia belum bisa memerinci besarnya kenaikan harga itu. Sebab, pemerintah masih menunggu perkembangan terbaru. Dia juga mengaku sedang mempertimbangkan pola penentuan harga BBM. Yakni, masih menggunakan review bulanan, dua mingguan, atau ada pola baru.

Dia menyampaikan hal tersebut karena ada beberapa usul soal penentuan harga BBM. Ada yang meminta durasinya diperpanjang menjadi tiap dua bulan. Dia menerima masukan itu dan siap mendiskusikannya dengan Komisi VII DPR. ’’Tapi, semakin panjang durasi, kalau ada kenaikan signifikan, langsung terasa mahalnya,’’ ucapnya.

Pemerintah pun memprediksi harga minyak terendah pada 2015 hanya pada Januari. Ketika itu harga minyak mentah di bawah USD 51 per barel. Pemerintah merespons hal tersebut dengan menurunkan harga premium dari Rp 7.600 per liter pada awal Januari menjadi Rp 6.700 di tengah Januari.

Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang mengungkapkan, naiknya harga minyak dunia tidak bisa dihindari. Apalagi, Indonesia masih menggantungkan pada impor minyak untuk membuat premium maupun pertamax. Jadi, saat harga minyak mentah naik, itu dimungkinkan berdampak pada nilai jual bensin di Indonesia.

’’Hari ini (kemarin) saja sudah naik USD 3 per barel,’’ terangnya. Tapi, kenaikan tersebut belum berdampak pada harga premium. Menurut dia, Pertamina akan melihat fluktuasi harga jangka panjang. Begitu pula pemerintah, tidak melihat perubahan harga sesaat.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan