Guru Difabel Kerap Tersisih

CIMAHI – Guru berkebutuhan khusus di Cimahi ingin disejajarkan dengan guru normal. Mereka berkeinginan untuk mengajar di sekolah umum.

PLD UIN Sunan Kalijaga
ISTIMEWA

DISKUSI RUTIN: Pusat Layanan Difabel (PLD) UIN Sunan Kalijaga mengadakan acara rutin diskusi bulanan “Monthly DisabiliTea” di kantor PLD UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Ketua Halaqoh Tunanetra Qur’aanii (HTQ) Ardiansyah Kurniawan S Pdi mengatakan, saat ini anak berkebutuhan khusus (ABK) diperbolehkan bersekolah di sekolah umum. Sebaliknya, guru-guru disabilitas tuna netra itu tidak begitu saja mudah masuk ke sekolah umum. Sebab, banyak penolakan-penolakan dari pihak sekolah.

”Jadi lulusan kuliah tuna netra, para sarjananya harus kembali mengajar di sekolah luar biasa (SLB) lagi,” kata Ardiansyah di Jalan Terusan Cimahi, Kecamatan Cimahi Tengah kemarin (7/8).

Dia mengatakan, sekolah-sekolah umum di Kota Cimahi umumnya menolak dengan berbagai alasan untuk tidak mempekerjakan para guru difabel ini. Padahal, guru difabel juga bisa mengabdikan diri sebagai sosok pengajar. ”Bukan sekadar pengabdian, tapi mereka juga butuh pekerjaan,” tandasnya,

Dengan alasan yang ada, maka tak salah hingga saat ini tak satu pun sekolah umum di Cimahi yang memperkerjakan guru berkebutuhan khusus. Mereka, terkesan disisihkan dan hanya mengajar kepada ABK.

‪”Saya khawatir kalau nantinya banyak tuna netra yang menjadi tidak percaya diri untuk mengajar di sekolah umum, karena takut dipersulit pihak sekolah,” ucapnya.

 Ardiansyah mengatakan, seharusnya pendidikan bisa menggabungkan antara guru umum dan guru berkebutuhan khusus. ”Minimalnya mereka diperbantukan untuk menjadi guru pendamping. Tetapi upaya itu hingga saat ini belum membuahkan hasil,” katanya.

”Saya berharap pemerintah bisa memperhatikan nasib penyandang tuna netra yang ingin bekerja mengajar di sekolah umum,” tuturnya. (gat/rie)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan