Elis Lisniawati dan Elgia Melissa, Duet Ibu-Anak Kembangkan Gendongan Bayi 6 in 1

Gendongan bayi ala Hanaroo berbentuk kain sepanjang 5 meter yang dililit ke badan. Namun, dengan desain khusus dan cara pemakaian berbeda, bisa dihasilkan enam gaya menggendong yang berbeda; gendong newborn, gendong ke dalam, gendong ke luar, gendong di belakang, gendong menyusui, dan gendong samping. Hanaroo disusun dari kata ’’hana’’ yang dalam bahasa Jepang berarti kesayangan dan ’’roo’’ dari kangaroo (menggendong ala kanguru).

’’Bentuk ini hasil percobaan berkali-kali. Waktu itu anak saya masih usia tiga bulan. Jadi, dicobain langsung buat gendong anak,” lanjut Gia.

Polanya dibuatkan sang ibu, Elis. ’’Setelah polanya jadi, kami cari kainnya. Kita coba dulu. Sebab, harus mengenali sifat kain. Dan, yang penting, mudah mendapatkannya. Sebab, produksi harus kontinu,” urai Elis.

Gendongan tersebut bisa menopang bobot bayi hingga 15 kilogram. Sebelumnya mungkin sudah ada produk serupa dari luar negeri. Namun, kebanyakan kurang sesuai dengan postur orang Indonesia. Selain itu, yang membuat lebih nyaman, bagi si bayi maupun yang menggendong, adalah cara mengikatnya yang membagi berat tubuh bayi secara merata ke tubuh sang penggendong. Itu meminimalkan risiko pegal. Sang ibu atau orang yang menggendong juga tetap bisa bergerak leluasa.

Tak butuh waktu lama, gendongan bayi Hanaroo langsung dikenal masyarakat. Jaringan bisnis online yang sebelumnya dirintis Gia dan Elis memudahkan pemasarannya. Produk ini menyebar melalui distributor dan reseller.

’’Distributor kami batasi hanya boleh satu di tiap kota besar. Hingga saat ini, kami punya 24 distributor. Di antaranya, Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang, Jogjakarta, Solo, Medan, Palembang, Samarinda, Makasar, hingga Papua. Kami juga punya sekitar 150 reseller,” urai Gia.

Dari gendongan bayi, Gia-Elis melengkapi produknya dengan berbagai perlengkapan bayi lainnya. Mulai topi, bedong, sepatu bayi, dan handuk. Alasannya, sisa kain untuk gendongan tidak dibuang percuma. ”Kami inginnya zero waste. Sebisa mungkin tidak membuang sisa bahan,” tambah alumnus teknik lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB) itu.

Elis mengurusi produksi, sedangkan Gia lebih banyak menangani marketing. ”Pas awal-awal dulu, karena karyawan masih sedikit, saya ikut nyetrika produk yang sudah dijahit sama nganter barang pakai motor ke pengiriman,” ucap Gia sambil memangku putranya, Ghazi, yang kini berusia 5 tahun.

Tinggalkan Balasan