Dulu Hanya Nyanyi dan Doa, Kini Kenal Huruf serta Warna

[tie_list type=”minus”]Menyaksikan ”Keajaiban” dari Bocah-Bocah di Tapal Batas Indonesia [/tie_list]
Kurikulum yang memanfaatkan lagu, dongeng, permainan, dan tarian lokal meningkatkan daya tangkap para bocah Pulau Pura. Berikut laporan wartawan Jawa Pos (Group Bandung Ekspres) YUSUF ASYARI yang akhir bulan lalu mengunjungi pulau di Kabupaten Alor, NTT, itu.

DI ruangan seluas 6×6 meter, belasan bocah berdiri berjajar. Sebagian tampak malu-malu. Tapi, semuanya kompak ketika mulai bernyanyi, ’’Ikan, ikan, itu ikanku. Lari-lari tak jemu-jemu. Merah-kuning warnanya indah.’’
Selesai bernyanyi, para murid yang sebagian besar tanpa alas kaki itu berlari kecil menuju meja bundar. Dengan riang, mereka lalu duduk melingkar. Pelajaran selanjutnya adalah menyusun puzzle.
Lagi-lagi gambarnya ikan. Tidak kurang satu menit, tiga murid berhasil menyelesaikan tugas. Mereka juga bisa menyebut warna dan belajar berhitung.
’’Dulu mereka hanya bisa nyanyi dan doa di sekolah. Sekarang beda,’’ kata Menahem Besituba, kepala PAUD Bethel Retta.
Sebagian bocah yang siang itu bernyanyi dan bermain puzzle di PAUD Sayang Tiberias tersebut memang murid Menahem. PAUD Sayang Tiberias yang dikepalai Aleta Hinamalua itu terletak di Dusun Malal, Desa Pura Selatan, Kecamatan Pulau Pura, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Pulau Pura boleh dibilang sebagai ’pintu gerbang’ menuju Alor, kabupaten yang berbatasan laut dengan Timor Leste. Kalau naik kapal dari Kupang, ibu kota NTT, menuju Kalabahi, ibu kota Kabupaten Alor, pasti melewati pulau yang bisa dijangkau dalam 15–20 menit dengan perahu motor dari Kalabahi itu.
Nah, PAUD Bethel Retta sejatinya punya 50 murid. Tapi, di siang yang terik menjelang akhir bulan lalu tersebut (24/8), Menahem hanya membawa sebagian di antara mereka.
Maklum, letak Dusun Retta masih satu jam lagi naik ke atas dari Dusun Malal. ’’Untuk sampai ke Malal, saya dan murid-murid harus lewat jalan setapak di perbukitan kering yang menanjak,’’ tutur Menahem.
Berasal dari kawasan seterpencil itu, di wilayah kabupaten yang merupakan tapal batas Indonesia, bisa bermain puzzle serta mampu mengenali warna, huruf, dan angka adalah sebuah capaian besar. Bahkan, tak berlebihan kalau menyebutnya sebagai keajaiban.

Tinggalkan Balasan