Dorong Ekspor Buah ke RRT

[tie_list type=”minus”]Pemerintah Pantau Gula Rafinasi [/tie_list]

LAMPUNG – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong kerja sama government-to-government (G-to-G) antara Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) di bidang hortikultura. Sebab, banyak buah-buahan asal Indonesia yang sangat potensial masuk pasar Tiongkok.

”Ada keluhan yang disampaikan kepada kita mengenai belum adanya kerja sama G-to-G antara Indonesia dan Tiongkok terkait hortikultura. Akibatnya, pasar buah seperti nanas di Tiongkok dikuasai negara lain, seperti Filipina dan Thailand,” kata Menteri Perindustrian Saleh Husin saat mengunjungi pabrik pengalengan nanas PT Great Giant Pineapple di Lampung, belum lama ini.

Padahal, kata Menperin, Tiongkok merupakan pasar buah-buahan yang sangat potensial. Pihaknya akan mengusulkan kepada menteri perdagangan untuk mengkaji pembukaan kerja sama hortikultura dengan Tiongkok. ”Kita jangan hanya bisa mengimpor buah dari Tiongkok, tapi juga harus ekspor. Apalagi pasar buah-buahan di Tiongkok sangat besar,” lanjutnya.

Menurut dia, pemerintah harus melihat peluang seperti itu agar buah-buahan Indonesia mampu berjaya di pasar internasional. Sebab, Indonesia memiliki sumber daya alam (SDA) yang melimpah, baik dari sisi kesuburan tanah maupun banyaknya varietas buah. ”Kami mendorong agar buah-buahan itu diproses lebih lanjut menjadi makanan olahan yang bernilai tinggi,” tuturnya.

Menperin menyambut baik upaya PT Great Giant Pineapple yang bisa memproses nanas menjadi produk dengan nilai jual lebih tinggi. Perusahaan itu menjual nanas dalam kemasan kaleng sebanyak 200.000 ton per tahun. Produksinya telah diekspor ke lebih dari 50 negara sejak berdiri 1979.

Di pabrik gula rafinasi milik Sugar Labinta, Lampung, Saleh mengakui industri gula rafinasi menopang industri makanan dan minuman nasional. Untuk menjamin tidak adanya rembesan gula rafinasi ke pasar umum, Kemenperin memantau ketat produksi gula khusus kebutuhan industri itu.

Pemerintah juga mendorong produsen gula membangun kebun tebu sendiri untuk mengurangi impor raw sugar dan memperkuat kemandirian ekonomi. Pemantauan ketat itu sekaligus menjamin pemisahan pasar gula kristal putih untuk konsumsi langsung masyarakat dan gula kristal rafinasi untuk memenuhi kebutuhan industri.

Tinggalkan Balasan