Dari Data yang Tak Akurat sampai Kepemimpinan Wasit yang Memble

[tie_list type=”minus”]Catatan Buruk Mahaka Sports dalam Menggelar Turnamen Piala Presiden 2015[/tie_list]

Secara kasat mata, perhelatan Piala Presiden 2015 yang digarap Mahaka Sports and Entertainments sebagai promotor memang terkesan sukses. Namun di balik penyelenggaraannya, sederet catatan buruk yang menjadi penyakit bawaan sepak bola tanah air tetap tak mampu dibendung. Seperti apa?

SENTOT PRAYOGI, Denpasar

CEO Mahaka Sports Hasani Abdulgani, dalam berbagai kesempatan sah-sah saja menyebut usahanya sudah maksimal dalam menata sepak bola Indonesia lewat turnamen Piala Presiden 2015. Berbagai upaya untuk mensterilkan Piala Presiden dari wabah penyakit tata kelola sepak bola yang buruk warisan PSSI pun diklaim sudah dilakukan. Namun, publik tetap mencatat sejumlah kebobrokan dalam penyelenggaraan turnamen yang dibuka langsung Presiden Jokowi ini.

Sebut saja misalnya yang terkesan sepele dan tak banyak menyedot perhatian publik, terkait laporan resmi pertandingan dari pengawas pertandingan di setiap laga. Laporan resmi pertandingan yang dituangkan dalam formulir C3 sempat jadi perdebatan hangat menyusul tidak akuratnya data yang dibuat pengawas pertandingan. Ini, salah satunya terbukti dengan tidak becusnya pengawas pertandingan yang memantau laga fase grup yang dilakoni Bali United. Terkait pencatatan daftar nama pemain yang terkena kartu kuning dalam setiap laga, Mahaka Sports melalui pengawas pertandingan terbukti teledor, hingga berujung kerugian pada Bali United.

Soal wasit, jangan ditanya. Seabrek protes keras sempat dilayangkan, baik oleh klub maupun perseorangan pemain. Kepemimpinan beberapa wasit di beberapa laga patut dipertanyakan. Ini, terutama berkaitan keputusan-keputusannya yang menyangkut kepentingan tim tuan rumah di babak delapan besar lalu. Laga Borneo FC v Persib Bandung di Samarinda, PSM v Mitra Kukar di Makassar, Arema v Bali United di Malang, dan Sriwijaya FC v Bonek FC (Persebaya United) jadi catatan tersendiri.

Di Samarinda, kubu Persib sempat melontarkan protes keras terhadap wasit yang memimpin laga itu. Pasalnya, saat waktu tambahan belum berakhir, dan pemain-pemain Persib tengah getol menyerang untuk mengejar ketertinggalan, wasit justru meniup peluit panjang tanda pertandingan berakhir. Di Malang, kubu Bali United lagi-lagi dirugikan dengan tidak diganjarnya Syamsul Arif dengan kartu kuning kedua usai melakukan diving di kotak penalti Bali United.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan