Berebut Proyek Kereta

[tie_list type=”minus”]Supercepat, Jakarta–Surabaya Hanya 2,5 Jam[/tie_list]

JAKARTA – Pesatnya pertumbuhan masyarakat kelas menengah di Indonesia membuat kebutuhan moda transportasi kian tinggi. Karena itu, proyek kereta api supercepat Jakarta–Surabaya kini menjadi rebutan antara investor Jepang dan Tiongkok.

Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menyatakan, dalam pertemuannya dengan mantan Perdana Menteri Jepang Yasuo Fukuda yang kini menjadi presiden Asosiasi Jepang Indonesia (Japinda), investor Jepang terus menyatakan komitmen untuk membangun proyek prestisius tersebut. ’’Tadi bicara investasi dan perdagangan, termasuk (proyek) kereta supercepat,’’ ujar JK setelah bertemu Fukuda di Kantor Wakil Presiden, belum lama ini.

Jepang memang menyatakan berminat membangun kereta supercepat sejak 2008. Namun, hingga kini proyek pengembangan kereta api layaknya Shinkansen di Negeri Sakura itu masih masuk tahap studi kelayakan.

Menurut JK, dirinya mengapresiasi komitmen Jepang tersebut. Namun, saat ini pemerintah harus mengkaji ulang seiring masuknya tawaran dari investor Tiongkok yang juga ingin membangun kereta supercepat Jakarta–Surabaya. ’’Nanti kami kaji mana yang terbaik dari berbagai aspek,’’ ucapnya.

Sebagaimana diketahui, investor Tiongkok seolah menyalip investor Jepang. Mereka langsung bergerak dengan menandatangani nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) untuk memulai kajian pembangunan kereta supercepat di sela agenda Indonesia-China Trade Investment and Economic Forum di Beijing, November 2014.

Bagaimana tanggapan Jepang? Menurut Fukuda, kompetisi merupakan hal biasa dalam bisnis apalagi untuk proyek besar semacam kereta supercepat. Karena itu, pihaknya menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah Indonesia untuk memilih investor yang dianggap terbaik. ’’Keputusan ada di tangan pemerintah Indonesia,’’ ujarnya.

Hingga saat ini, hasil studi kelayakan pengembangan kereta supercepat memang sudah disampaikan. Misalnya, soal skema rute baru. Sebelumnya, jalur yang dipilih adalah Jakarta–Cirebon–Semarang–Surabaya. Namun, rute itu diubah dengan menyertakan Bandung sehingga menjadi Jakarta–Bandung–Cirebon–Semarang–Surabaya.

Rute proyek dengan nilai investasi minimal Rp 60 triliun itu akan dimulai dari Stasiun Sudirman, Jakarta Pusat, hingga Stasiun Pasar Turi, Surabaya. Dengan kecepatan kereta maksimal 350 kilometer per jam, total jarak sekitar 750 kilometer itu akan ditempuh dalam waktu 2 jam 30 menit saja. Sebagai gambaran, dengan kereta eksekutif Argo Bromo saat ini, dibutuhkan waktu 9–10 jam untuk menempuh jarak yang sama.

Tinggalkan Balasan