Beras Ketan Mahal

Naik Rp 4 Ribu Per Kilogram

NGAMPRAH – Dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi sejak 28 Maret, dirasakan langsung para pedagang di wilayah Kabupaten Bandung Barat (KBB). Salah satunya, harga beras ketan ikut naik yang menjadi bahan dasar pembuatan ketan bakar. Pada awal tahun, harga beras ketan masih sebesar Rp10 ribu pe kilogram. Dan kini, naik menjadi Rp14 ribu per kilogram. Hal itu dirasakan sangat memberatkan oleh pedagang ketan bakar di Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Maman Jamal, 53.

”Naiknya sangat luar biasa. Bayangkan saja sekarang harga beras ketannya mencapai Rp14 ribu per Kg. Harga mahal jadi kami juga semakin sulit saat menjual ketan bakarnya. Kalau bisa jangan naik terus, kasihan kepada pedagang kecil,” terangnya kepada wartawan, kemarin (30/3).

Akibat mahalnya harga bahan baku, terpaksa dirinya harus menjual satu potong ketan bakar dengan harga Rp 5.000 kepada konsumennya. Padahal, pada awal tahun masih dijual Rp3.000 per potong. ”Gimana lagi, harga beras ketan juga sudah naik jadi harga harus disesuaikan. Paling sekarang mah keuntungannya tak terlalu banyak,” tuturnya.

Dengan kenaikan harga ini, lanjut dia, dalam sehari kini dirinya hanya dapat mengolah beras ketan sekitar 5 Kg. Tapi di akhir pekan, ketan yang diolahnya mencapai 10 Kg. ”Karena harganya mahal jadi harus dikurangi. Tapi kalau sabtu dan minggu saya tetap membuat ketan bakar sampai 10 Kg karena banyak yang pesan,” lanjutnya.

Dia berharap, pemerintah tidak lagi menaikkan harga BBM yang menurutnya sangat memberatkan pedagang kecil seperti dirinya. ”Kalau harus naik lagi, saya harus jual berapa kepada pembeli. Sekarang aja sudah banyak yang ngeluh. Untung sudah banyak pelanggan jadi gak terlalu membebani,” bebernya.

Salah seorang pedagang beras di Pasar Tradisional di Lembang, Dadang Sujarman, 35, mengakui, ada kenaikan harga beras ketan. ”Tiap bulan naik beriringan dengan naiknya harga beras dan musim panen beras di beberapa wilayah,” katanya. Pihaknya tidak dapat berbuat banyak dengan kondisi ini karena peningkatan harga mengikuti harga di pasaran. Meski cukup memberatkan, namun dikatakannya, tidak ada penurunan pembelian. ”Pembeli sangat merasakan dampaknya, tapi karena beras sudah menjadi kebutuhan jadi kenaikan harga tak berpengaruh pada pembelian. Mudah-mudahan tidak ada naik lagi harga,” bebernya.

Tinggalkan Balasan