Banjir Perlu Penanganan Bersama

[tie_list type=”minus”]Jangan Salah menyalahkan [/tie_list]

SOREANG—Pemkab Bandung berpikir keras untuk mengantisipasi banjir di kawasan Dayeuh Kolot. Salah satunya dengan koordinasi lintas sektoral dan penanganan sampah domestik.

Bupati Bandung Dadang M Naser mengatakan, perlu sikap komperhensif untuk menyikapi masalah tersebut. Salah satunya dengan koordinasi lintas daerah yang melibatkan Pemerintah Provinsi dan Pusat.

’’Di samping itu, masyarakatnya juga harus turun untuk menangani banjir. Sebab, banjir juga diakibatkan oleh sampah domestik,’’ papar Dadang, belum lama ini.

Dia mengatakan, penanganan banjir tersebut tidak bisa diselesaikan dengan saling menyalahkan. ’’Tapi, perlu dipecahkan bersama, minimal dicegah dari kesadaran masing-masing,” tuturnya.

Dia berharap, ketika di wilayah Cieunteung sudah dilakukan pengerjaan seperti pembebasan lahan dan pembuatan folder yang ideal, maka akan memperlihatkan dampak dari penanganan tersebut. ’’tidak seperti sekarang ini, kan baru satu hektar,’’ ujarnya.

Disinggung soal pembebasan lahan Cieunteung sendiri, Dadang menyatakan saat ini sedang dilakukan pendekatan oleh tim.

Untuk folder-folder tersebut, dia telah menyarankan kepada BBWS agar ketika dibangun ada ketidaksamaan,mana folder yang disatukan dan mana folder yang akan dibangun khusus di hulu. ”Kalau bisa, nanti ada bendungan-bendungan kecil agar bisa dijadikan listrik juga di hulu. Jangan menghambat laju air dari atas,’’ ujarnya lagi.

Sementara terkait dana Rp 1,4 triliun untuk normalisasi Citarum, Dadang mengatakan, saat ini persiapannya saat ini sudah dilakukan. Nantinya akan diperuntukan untuk pembebasan Cieunteung dan pelebaran badan sungai di beberapa anak sungai.

Dadang menyarankan agar pengerukan fisik yang dilakukan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) hendaknya memakai kapal keruk. Sebab, dengan menggunakan backhoe seperti sekarang seperti tidak efektif.

’’Kalau pakai backhoe, tanah yang dikeruk disimpan di pinggir sungai. Jadi kalau hujan ya pasti akan turun lagi ke sungai. Pekerjaan jadi sia-sia,’’ paparnya.

Menurut dia, saran tersebut bukan berasal dari dia personal. Tapi, itu saran dan kritikan dari masyarakat kepada pihak ketiga yang mengerjakan pengerukan tersebut.

Selain pengerukan yang kurang efektif, Dadang menyebutkan, sudah saatnya pola tanam di hulu dibenahi. Dia mengakui, yang selama ini menerobos pola tanam di sana merupakan masyarakat Kabupaten Bandung. Namun, sebaiknya Perhutani dan PTPN VIII juga hendaknya saling mengungkapkan pola tanam yang biasa mereka pakai.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan