Anggota Polres Batanghari Jambi Diduga Gabung ISIS

Penangkapan dua terduga ISIS ini juga dipastikan oleh Wakapolri Komjen Badrodin Haiti. Menurut dia, dalam sehari atau dua hari ini akan semakin banyak penangkapan pada terduga anggota ISIS. ’’Semuanya masih dalam pendalaman,’’ tuturnya.

Salah satu yang dikejar Densus, lanjut dia, merupakan seorang anggota ISIS yang baru saja pulang dari wilayah ISIS. ’’Sudah dideteksi keberadaannya,’’ ujar calon tunggal Kapolri tersebut.

Jaringan lain, seperti Santoso cs juga sedang diupayakan untuk bisa ditangkap. Operasi untuk orang yang pulang dari wilayah ISIS dan Sancoto cs ini dilakukan tim yang berbeda. ’’Jadi, ada dua tim yang beroperasi,’’ jelasnya.

Yang lebih mengkhawatirkan, ternyata terdapat seorang anggota Polres Batanghari, Jambi, berinisial Brigadir Pol Sn yang menghilang dan diduga bergabung dengan ISIS. Dugaan bergabung dengan ISIS itu menguat setelah Polri mengetahui bahwa Sn sudah berangkat ke Malaysia dan menuju ke ISIS. Terkait masalah tersebut, Anton belum bisa berkomentar banyak. ’’Belum dipastikan semuanya, itu masih masalah rumah tangga,’’ tambah Anton.

Jika, masalah anggota Polri yang diduga bergabung dengan ISIS itu sudah jelas. Polri akan mengumumkannya. ’’Kalau sudah klir akan kami publikasikan, tidak ada yang ditutupi,’’ ujarnya kemarin.

Selain itu, Polri juga tengah berupaya untuk menyelesaikan masalah 16 WNI yang tertangkap di Turki. Hingga saat ini dipastikan akan ada pemulangan 12 WNI dari Turki. Untuk empat WNI sisanya, masih ditelusuri apakah menolak dipulangkan atau ada permasalahan hukum yang menjerat. ’’Mungkin saja, ada masalah hukum. Tapi, satu orang dipastikan tidak bisa dikirim pulang karena sedang hamil,’’ jelasnya.

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Ristek-Dikti) ikut mengantisipasi gerakan radikalisme berkembang di kalangan mahasiswa. Menteri Ristek-Dikti Muhammad Nasir mengatakan, malam nanti (26/3) dia mengumpulkan semua pembantu rektor III (bidang kemahasiswaan) PTN seluruh Indonesia di Jakarta. ’’Mereka akan di-briefing langsung dari BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme),’’ katam mantan rektor Universitas Diponegoro (Undip), Semarang itu kemarin.

Nasir menjelaskan, akses informasi di kalangan mahasiswa selama ini memang bebas. Organisasi-organisasi kemahasiswaan esktra kampus memiliki akses yang terbuka untuk menggelar kajian-kajian di dalam kampus. Nasir tidak ingin kajian-kajian keilmuan di kampus menjadi media penyiar paham radikal.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan