Akui Kagum dengan Budaya Indonesia dan Islam

Datang dari Amerika, Stevenson Ramsey ke Bandung untuk Jadi Guru

Sudah dua bulan Stevenson Ramsey tinggal di Bandung. Sebagai bule, dia mengaku sering dapat perhatian berlebihan dari masyarakat sekitar. Bagaimana tidak, dia satu-satunya bule yang jadi guru di sekolah negeri di Bandung.

Silvya MU, Coblong.

__________________

MENYUKAI Islam. Begitulah pengakuan Steven—sapaan akrabnya—kepadaBandung Ekspres saat ditanya mengapa mau mengajar di Indonesia. Steven merupakan satu dari 34 warga negara Amerika Serikat yang terpilih untuk mengajar bahasa Inggris di berbagai provinsi di Indonesia selama sembilan bulan. Steven sendiri kebagian daerah Bandung, tepatnya di MAN 1 Bandung.

’’Saya tertarik dengan budaya Islam dan ilmu politik Indonesia. I like to travel more, teaching more,’’ kata anak termuda dari 4 bersaudara ini, beberapa waktu lalu.

Di bawah naungan The American Indonesian Exchange Foundation (Aminef), Steven dan rekan-rekannya warga Amerika Serikat juga punya tujuan khusus selain mengajar bahasa Inggris. Yakni, mengubah stereotype tentang orang Amerika terhadap masyarakat Indonesia. Begitupun sebaliknya, mengubah anggapan warga Amerika mengenai orang muslim dan warga Indonesia.

Seperti diketahui bahwa tragedi 9/11 menciptakan berbagai anggapan. Seperti, muslim yang harus dimusuhi bersama, Amerika yang mencari kambing hitam, Amerika musuh utama Islam, atau Islam mengajarkan teroris dan sebagainya. Kejadian ini juga membuat sebagian masyarakat Indonesia membenci warga Amerika Serikat. Bahkan, beberapa di antaranya menganggap, semua warga Amerika harus dimusuhi.

Namun, tentunya itu semua tidak benar. Steven yang berasal dari wilayah Maryland ini setuju bahwa muslim dan warga Indonesia adalah orang yang ramah. Dia yakin, warga Indonesia bisa diajak diskusi, bertukar pikiran, dan terbuka dengan kehadiran penduduk warga negara lain. Tak terkecuali Amerika Serikat.

Steven mengaku, terkesan pula dengan para muridnya yang sangat sopan terhadapnya. Mereka menghormati Steven sebagai guru, namun bisa menjadi teman juga di luar jam belajar-mengajar. ’’I am impressed by how respectful they are and happy to be in school. Yang pasti, mereka adalah bagian terfavorit saya ketika tinggal di sini,’’ ujarnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan