Ajak Siswa Tempuh Pendidikan Terbaik

 

 

 

[tie_list type=”minus”]130 Penerima Beasiswa Terbang ke Tiongkok[/tie_list]

SURABAYA – Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China. Petuah itu cocok untuk menggambarkan semangat 130 siswa yang mengikuti pelepasan pelajar penerima beasiswa pendidikan ke Tiongkok dan Taiwan ”Menuju Indonesia Cerdas 2015” di Surabaya kemarin (14/10). Mereka siap merantau ke Tiongkok untuk melanjutkan pendidikan.

”Kami bekerja sama dengan sekolah-sekolah. Jadi, yang menyeleksi (siswanya, Red) nanti sekolah,” ujar Ketua Yayasan Indonesia Tionghoa Culture (ITC) Lily Yoshica di sela-sela pelepasan. Tahun ini ITC menggandeng sembilan kampus di Tiongkok dan Taiwan untuk program beasiswa. Program beasiswa ITC berlangsung sejak 2011.

Koordinator ITC Andre So menyatakan, tahun ini tidak ada syarat khusus yang diajukan pihak universitas. Pihak sekolah cukup menyertakan hasil rapor atau nilai terakhir dan ijazah para siswa yang tertarik belajar ke Tiongkok dan Taiwan. Sebagai persiapan untuk para siswa, kursus bahasa Mandarin selama kurang lebih lima bulan disediakan ITC secara cuma-cuma.

Alif Nur Ramadhan mengatakan, standar yang harus dipenuhi adalah semua nilai mesti di atas 7 untuk dapat mendaftar beasiswa. Siswa SMAN 1 Nunukan, Kalimantan Utara, itu menjadi salah seorang penerima beasiswa yang akan melanjutkan studi ke Hebei Medical University, Tiongkok. ”Itu memang cita-cita saya. Rencananya, setelah dokter, mau ambil kepolisian,” urai Alif. Remaja 17 tahun tersebut menyatakan ingin mengabdi sebagai dokter forensik.

Selain sekolah, ITC menggandeng lembaga penjaminan mutu pendidikan (LPMP) untuk menyosialisasikan program beasiswa ke Tiongkok dan Taiwan tahun ini. ”Kriterianya, punya kemauan yang keras,” ujar Kepala LPMP Kalimantan Selatan Abdul Kamil Marisi.

Kamil menerangkan, siswa yang terpilih tidak harus memiliki nilai tinggi. ”Yang tinggi itu semangatnya,” imbuh dia. Dia percaya, jika seseorang memiliki semangat yang tinggi dan tidak mudah putus asa saat menemui hambatan, kecerdasan akan muncul mengikutinya.

Di tempat yang sama, Dahlan Iskan menuturkan, menempuh kuliah di luar negeri tidak semudah yang dilihat. Berjauhan dari keluarga adalah risiko. ”Saya sendiri merasa, kalau dulu tidak merantau ke Kalimantan, saya tidak akan jadi seperti sekarang,” ungkapnya. Inti dari melanjutkan sekolah ke luar negeri, menurut Dahlan, adalah proses merantau itu sendiri.

Tinggalkan Balasan