3 Polwan Cantik Rakit SS1

[tie_list type=”minus”]Memeriahkan Peringatan Hari Kartini [/tie_list]

SURABAYA – Kecekatan tiga polisi wanita (Polwan) di Polres Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur mendemonstrasikan aksi bongkar dan rakit senjata jenis senapan serbu jenis SS1 di Mapolrestabes Surabaya, patut diapresiasi.

Apalagi, aksi mereka dilakukan dengan memakai pakaian tradisional kebaya. Hal itu digelar dalam rangka peringatan Hari Kartini yang jatuh pada kemarin (21/4).

Dalam aksinya itu, tiga polwan ini membutuhkan waktu tidak sampai satu jam untuk mulai bongkar hingga merakit kembali senjata tersebut.

Dari pantauan, Bripda Rendis Oktarias, salah seorang peserta aksi bongkar dan rakit senjata SS1, mengatakan bahwa dirinya membutuhkan kesabaran dan kecekatan dalam merakit senjata jenis ini.

’’Dengan mata tertutup, merakit dan membongkar senjata jadi lebih sulit dan menantang. Tapi, jika penguasaan diri dalam memahami senjata api jenis SS1 dan mampu menguasai diri, meskipun ditutup (mata, Red) tetap bisa diatasi,” kata Rendis yang mencatat waktu terbaik dalam aksi tersebut.

Sementara itu, Kabagsumda Polres Pelabuhan Tanjung Perak Kompol Herlina mengatakan bahwa sosok Kartini merupakan tokoh pejuang yang mengangkat martabat perempuan.

Mantan Kapolsek Gayungan itu berharap kegiatan yang digelar itu dapat menggugah perempuan Indonesia untuk berjuang dalam kesehariannya. ’’Sudah waktunya kita sebagai perempuan tidak hanya tinggal di rumah, tetapi juga tetap berjuang sesuai profesi,” harapnya.

Sementara itu, puluhan ibu-ibu dan remaja putri di Desa Bligo, Kecamatan Candi, Gresik, Jawa Timur menggelar fashion show busana ala Kartini hingga sosialisasi mengurus jenazah di Balai Desa Bligo.

Kepala Desa Bligo, Adi Suwardoyo menjelaskan, fashion show dan sosialisasi perawatan jenazah itu untuk menyambut Hari Kartini yang disebutnya sebagai hari pemberdayaan perempuan.

’’Kami ingin kaum perempuan di sini memiliki semangat yang sama dengan RA Kartini. Bagaimana Ibu Kartini berjuang untuk emansipasi wanita Indonesia,” kata Adi.

Mengenai sosialisasi perawatan jenazah, menurut Adi, karena selama ini masih kekurangan wanita yang bisa mengurus jenazah, mulai dari memandikan, membersihkan, hingga mengafani. ’’Makanya, kami harap semakin banyak perempuan yang bisa merawat jenazah,” jelasnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan