225 Jamaah Indonesia Hilang

Para korban hilang itu diyakini berombongan menuju Jamarat pada Kamis pagi (24/9) melewati Jalan Arab 204, Mina, yang menjadi lokasi insiden. Jalan tersebut tidak biasanya dilalui jamaah Indonesia menuju Jamarat.

Berdasar informasi PPIH, mereka hanya mengikuti ketua kloter maupun ketua rombongan yang memiliki pengalaman melewati jalan tersebut karena dianggap lebih dekat. Sementara itu, rute yang biasa dilalui jamaah Indonesia agak memutar sehingga lebih jauh. Jamaah Indonesia biasanya melewati Jalan King Fadh.

Hingga kemarin, ada enam jamaah Indonesia yang menjadi korban luka. Mereka dirawat di sejumlah rumah sakit, yakni RS Jizrul Mina, RSAS King Abdullah, Klinik 107 Makkah, serta RSAS Al Noor.

Sebelumnya, ada korban yang dibawa ke RS Al Jisr yang dikunjungi amirulhaj yang juga Menag Lukman Hakim Saifuddin. Namun, di rumah sakit tersebut, tidak banyak korban jamaah Indonesia yang menjalani perawatan. Kebanyakan yang dilarikan ke sana adalah jamaah dari Saudi, Turki, Afrika, Mesir, serta Sudan.

Mereka berbadan besar dan warna kulitnya berbeda dengan jamaah Indonesia. Rata-rata korban tidak mengalami luka luar. Mereka hanya tersengal-sengal dan secepatnya mendapat bantuan oksigen.

Arsyad mengungkapkan, pihaknya terus mencari korban yang hilang. Ada dua kemungkinan posisi jamaah. Pertama, mereka kembali ke hotel di Makkah. Sebab, jarak hotel ke Jamarat lebih dekat daripada di Mina Jadid. Misalnya, beberapa jamaah dari Batam yang memilih kembali ke Makkah sambil menunggu waktu melempar jumrah.

Jarak dari hotel ke lokasi Jamarat memang tidak terlalu jauh. Paling lama ditempuh dalam 30 menit dengan berjalan kaki. Sementara itu, jika berangkat dari maktab di Mina Jadid, jamaah butuh berjam-jam perjalanan dalam kondisi panas menyengat.

Sesuai dengan prosedur PPIH, lempar jumrah memerlukan waktu tiga hari dan masing-masing harus bermalam di Mina. Mereka biasanya tidak pulang ke maktab, tetapi menunggu di Jamarat hingga menjelang pagi. Baru paginya jamaah pulang ke hotel.

Misalnya, yang disaksikan Jawa Pos (Group Bandung Ekspres), ribuan jamaah menggelar tikar untuk tidur di sekitar Jamarat. Konsekuensinya, mereka beberapa kali diusir askar (polisi di Jamarat). Sebagian jamaah pindah ke tempat lain di pinggir-pinggir pagar atau tiang bangunan Jamarat. Paginya, mereka melempar jumrah, kemudian pulang ke hotel.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan