Kiprah Tri Wahyuniati Subali Mengeksiskan Sekolah Gratis Merah Putih

Awalnya Hanya Ingin Anak Sebanyak-banyaknya

Kepedulian Tri Wahyuniati Subali terhadap nasib anak-anak jalanan tidak perlu diragukan lagi. Sejak remaja dia mengasuh ratusan anak malang itu. Bahkan, ada yang sampai lulus kuliah. Dia menggembleng anak-anak tersebut di Sekolah Merah Putih yang didirikan.

Tri Mujoko Bayuaji, Jakarta


Sekolah Merah Putih terletak di kawasan permukiman penduduk di Kelurahan Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Kompleks sekolah itu berada di atas lahan 5.500 meter persegi. Yuni –sapaan Tri Wahyuniati Subali– membelinya pada awal 2004.

Namun, jangan dibayangkan sekolah itu seperti sekolah pada umumnya yang terdiri atas ruang-ruang kelas. Ruang kelas di sekolah tersebut berupa pendapa dengan bangku yang diposisikan agar siswa menempuh pendidikan dengan duduk lesehan di lantai.

Sekolah Merah Putih mempunyai seluruh level pendidikan. Mulai TK hingga kelas III SMA. Siapa pun boleh bersekolah di situ tanpa dipungut biaya alias gratis. Saat ini sekolah tersebut mendidik sekitar 50 anak kurang beruntung itu.

‘’Belum lama ini kami mengadakan upacara wisuda para siswa SMA di sini. Lumayan meriah,’’ ujar Bunda Yuni, panggilan sayang para siswa kepada pendiri sekolah itu, saat ditemui Jawa Pos (induk Bandung Ekspres, Selasa (10/6).

Awal didirikan, Sekolah Merah Putih berstatus pusat kegiatan belajar-mengajar (PKBM), sebelum akhirnya memiliki SK Menkum HAM sebagai yayasan pada 2010. Hampir seluruh siswanya merupakan anak-anak jalanan atau anak kalangan kurang mampu.

Mereka tidak hanya berasal dari Jakarta dan sekitarnya, melainkan juga dari kota-kota lain. Belum lama ini, misalnya, Yuni menerima limpahan siswa dari seorang lurah di Jogjakarta yang mengantar sejumlah anak yang tidak memiliki orang tua. ’’Pak Lurah tahu sekolah ini dari teman-teman LSM,’’ jelasnya.

Karena tidak memiliki tempat tinggal, anak-anak itu mau tidak mau ditampung di rumah keluarga Yuni. Perempuan yang masih kerabat Keraton Mangkunegaran Solo itu memiliki dua rumah berbentuk joglo di kompleks sekolah tersebut.

Yang satu dijadikan rumah tinggal dan menampung anak-anak asuhnya, sedangkan joglo yang satu lagi digunakan untuk pendidikan. Saat belajar-mengajar, seluruh anak asuh Yuni patuh mengikuti aturan.

Tinggalkan Balasan