Tahun Ini Dispangtan Bakal Vaksin 150 Sapi Perah

CIMAHI – Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Cimahi menyiapkan 150 dosis vaksin yang diperuntukan bagi sapi perah yang ada di Kota Cimahi. Vaksin tersebut bermanfaat untuk mencegah penyakit brucellosi pada sapi perah.

Kepala Seksi (Kasi) Peternakan Dispangtan Kota Cimahi, Retno Wulan menjelaskan, brucellosis merupakan penyakit yang menyebabkan keguguran di sapi, dan bisa menular ke manusia. Brucella abortus dapat disebarkan melalui konsumsi produk peternakan yang sudah terkontaminasi, seperti air susu.

”Selain itu juga melalui feces yang terkontaminasi, terutama dari ternak sesudah melahirkan, atau dengan kontak langsung pada waktu kawin dengan hewan yang terinfeksi,” terangnya saat dihubungi, Minggu (19/1).

Retno menerangkan, penularan penyakit pada hewan tersebut dapat terjadi melalui saluran pencernaan dan mukosa atau kulit yang luka. Pada sapi dan kambing, penularan melalui perkawinan sering terjadi, sehingga pemacek (pejantan alami) yang merupakan reaktor harus dikeluarkan.

Dijelaskannya, sapi yang sudah terinfeksi brucellosis dengan mudah dapat menularkan ketika sapi melahirkan. Sebab, bakteri yang dikeluarkan pada saat itu mampu menularkan sampai dengan jumlah 600.000 ekor.

Terkait gejala dari penyakit tersebut, lanjut Retno, jika pada sapi gejala klinis yang utama ialah keguguran (keluron) yang dapat diikuti dengan kemajiran (mandul) temporer atau permanen, serta menurunnya produksi susu. Keluron yang disebabkan oleh brucella biasanya akan terjadi pada umur kebuntingan antara lima hingga delapan bulan.

”Sapi dapat mengalami keluron satu, dua atau tiga kali, kemudian memberikan kelahiran normal, sapi terlihat sehat walaupun mengeluarkan cairan vaginal yang bersifat infeksius,” jelasnya.

”Cairan janin yang keluar waktu terjadinya keluron berwarna keruh dan dapat merupakan sumber penularan penyakit,” imbuhnya.

Kemudian pada kelenjar susu tidak menunjukkan gejala klinis, meskipun di dalam susunya didapatkan bakteri brucella. Sementara hewan jantan memperlihatkan gejala epididimitis (peradangan saluran di belakang testis) dan orchitis (peradangan atau inflamasi akut pada testis). Gejala ini terutama terlihat pada babi yang dapat mengakibatkan kemajiran.

”Selain gejala-gejala itu, sering pula ditemukan bengkak pada persendian lutut. Masa inkubasi penyakit ini belum diketahui dengan pasti. Pada sapi berkisar antara dua minggu hingga delapan bulan atau lebih lama,” bebernya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan