Dinkes Bentuk Tim Khusus Corona

BANDUNG– Dinas Kesehatan Jawa Barat bersama Dokter Rumah Sakit se-Provinsi Jawa Barat tengah membentuk tim untuk penanganan kasus virus corona. Hal itu untuk memberikan informasi valid bagi masyarakat.

“Kami punya tim Corona Jawa Barat jadi tim kecil tapi ini hebat sekali, kenapa? Karena kemarin betul-betul dua minggu ini banyak sekali ketakutan di tengah masyarakat. Jadi kepanikan orang berpikir corona atau bukan dan sebagainya,” kata Kepala Seksi Surveilans Imunisasi Dinkes Jabar, Luqman Yanuar Rachman saat Japri di Gedung Sate, Jumat (31/1).

Dia menyebutkan, tim ini nantinya menskrinning terhadap laporan-laporan yang ada di kabupaten/kota dalam berkonsultasi perihal gejala pasien yang sakit.

“Biasanya suka ada laporan dari RSUD ke kami soal pasien yang memiliki tanda seperti virus corona mulai dari panas dan sakit tenggorokan, padahal itu penyakit biasa buka corona, itu kekhawatiran di tengah masyarakat,” katanya.

Saat ini pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan kabupaten/kota untuk terus mengawasi dan memantau di setiap daerah lalu berkoordinasi dengan kepada pihak provinsi.

“Jadi ketika memang sudah dipulangkan dari rumah sakit karena statusnya pemantauan maka akan mendapatkan kartu pemantauan selama 14 hari, kalau nanti ada apa-apa misalnya ternyata batuk atau panas atau ada perburukan sehingga nanti akan bisa segera ditangkap atau dilaporkan ke temen-temen,” katanya.

Para ahli dari World Health Organization (WHO), saat ini sedang menunggu peneliti-peneliti dari Arab Saudi untuk obat atau vaksin 2019 Novel Coronavirus.

Hal itu diungkapkan Ketua Tim Inspeksi Khusus RSHS Bandung, dr. Anggraeni di tempat yang sama.

Menurutnya, 2019 Novel Corona Virus hampir sama dengan Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS CoV). Anggraeni menyebutkan, ada 7 virus corona, 4 di antaranya sudah ada kekebalannya (vaksin), 3 yang membuat Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), MERS CoV dan Novel Coronavirus.

“Jadi obat untuk virus corona sampai sekarang belum bisa dibuktikan, vaksin sedang berjalan,” katanya.

Dia menyebut, University Malbourne sedang membuat vaksinnya, karena sudah bisa mengisolasi virus. Kemudian, China dan Rusia sedang berkerja sama untuk virus, sedangkan Amerika lebih tertarik bagaimana cara cepat laboratorium untuk memastikan seseorang terinveksi atau tidak. (mg1/drx)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan