Warna Cangkang Harus Solid, Kulit Ari Wajib Dibuang

Abdul Hakim hanya guru sekolah dasar di SDN 01 Muncul Tangsel, Banten. Namun insting seninya membuat karyanya dikenal banyak orang. Dari cangkang telur, wajah para pahlawan nasional dan dunia berubah menjadi lukisan menarik dan memiliki nilai jual yang menjanjikan.

KHANIF LUTFI- Tangsel

Peluh bercucuran dari kening Abdul Hakim. Jemari pria 40 tahun ini dengan teliti menempelkan kulit telur ke dalam sebuah pola kalifgrafi di atas permukaan kanvas putih. Di atas kanvas, sketsa berwujud kalimah sahadat, La ilaha illallah Muhammadur Rasulullah telah tergambar. Keningnyanya mengerenyit memperhatikan kepingan demi kepingan yang baru saja dipasang. Satu dua kali, Abdul Hakim harus menata ulang jika ada kepingan cangkang telurnya terlepas .

Pekerjaan melukis telur bukan pekerjaan gampang. Kulit telur yang dibuatnya berukuran sangat kecil hingga ada pula kulit telur yang digunakan berupa pecahan-pecahan yang sangat kecil. “Sebentar ya mas, tanggung,” ujarnya sembari mempersilakan wartawan melihat hasil karyanya di ruang kerja.

Gelas berisi air putih di samping kanvas ia reguk, pekerjaan ini membuatnya kehausan. Dia pun rehat sejenak, kemudian melanjutkan aktivitasnya sampai selesai. Setengah jam kemudian, setengah pola telah terisi cangkang telur. Kuning kemerah-merahan. “Untuk membuat setengah pola, saya bisa hampir seminggu menempel kulit telur ke lukisan,” terangnya.

Pada Pertengahan 2011, Abdul Hakim telah menekuni karya seni lukis berbahan kulit telur. Dari tangannya, berbagai macam kulit telur disulap menjadi kaligrafi, panorama alam, dan wajah orang terkenal. Karyanya pun telah melirik pasar luar negeri seperti ke Qatar dan Jepang. “Awalnya hobi, tapi jadi keterusan begini,” katanya.

Dengan tatapan serius, kembali ke pekerjaanya. Peluhnya membasahi kaus yang dipakai pria ramah senyum tersebut. Hawa panas menyeruak di studio kecil miliknya. Ya, Abdul Hakim membuat studio kecil di dalam rumahnya, Jalan Raya Puspiptek, Gang Anggrek, Baruasih, Kota Tangsel. Studio itu seperti museum mini. Semua lukisan telur hasil karyanya di studio mungil tersebut.

Selain menjadi bengkel kerja, studio ini juga menjadi markas perkumpulan Betah Bale, sebuah komunitas pencinta seni lukis telur di lingkungannya. Para penggiat seni lukis telur di sana tidak hanya dilatih keterampilan, melainkan melatih emosional dan kesabaran. Bayangkan untuk melukis wajah, ia butuh waktu satu sampai tiga minggu untuk menyelesaikannya. Kalau nggak dilatih kesabaran, saya yakin lukisan bakal lama jadinya, ujarnya.

Tinggalkan Balasan