Terbuka dan Transparan Jadi Komitmen Rumah Zakat

BANDUNG – Sebagai lembaga sosial di bidang pengumpulan zakat, Rumah Zakat telah banyak berkiprah untuk membantu masyarakat kurang mampu.

Namun, untuk mendapat predikat kepercayaan dari masyarakat khususnya para Mustahik, Rumah Zakat memiliki manejemen dengan memberikan laporan secara terbuka dan transparan.

Bahkan untuk ke 13 kalinya Rumah Zakat telah mendapatkan penilaian predikat wajar tanpa pengecualian (WTP) dari lembaga auditor independent pada laporan keuangan 2018. Tak hanya itu, lembaga amil zakat itu mendapatkan pula akreditasi A dari Kemenag.

“Khusus akreditasi dari Kemenag, kita mendapatkan skor tertinggi di antara lembaga lainnya dengan nilai akreditasi 99,62 dan kepatuhan syariah 97,22,” kata CEO Rumah Zakat, Nur Efendi di Bandung, Senin (6/5).

Menurutnya, capaian tersebut merupakan bagian dari tantangan yang dihadapi lembaga pengelola zakat, infak, dan sedekah yakni memperoleh kepercayaan dari masyarakat nelalui mekanisme audit sehingga dapat meningkatkan kepercayaan.

“Ini merupakan amanah ke kita, dan hasil audit, akreditasi ini kita memastikan bahwa pengelolaan yang kita lakukan sesuai dengan syariah, aturan agama. Lebih dari itu, diharapkan ini bisa jadi daya ungkit atas kepercayaan mengingat amanah yang diberikan donatur,” katanya.

Dijelaskan, raihan tersebut tak terlepas dari kinerja lembaga yang ditunjukan sepanjang tahun lalu. Pada 2018, Rumah Zakat telah menyalurkan ZIS dari para donatur ke 1.183 Desa Berdaya yang tersebar di seluruh Indonesia serta 5 negara.

Total penyalurannya mencakup sebanyak 168.252 penerima manfaat yang telah mendapatkan layanan dari empat rumpun program Rumah Zakat, yaitu kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan lingkungan. Hal ini tak terlepas dari keberadaan 524.036 donatur.

Tahun ini, mereka menargetkan dapat menambah keberadaan desa berdaya sehingga jumlah totalnya bisa menjadi 1.440 Desa Berdaya. Khusus Ramadan, Rumah Zakat menggelar program khusus yakni Ramadan Berdaya. Program ini bertujuan untuk menghadirkan kebahagiaan bagi 319.700 penerima manfaat.

“Angka ini naik 50 persen dari tahun sebelumnya,” jelasnya.

Dalam kaitan peningkatan pelayanan, mereka membuat layanan chatboth 2.0 bernama Rania. Program ini diluncurkan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara online.

’’Layanan ini merupakan technology customer service berbasis artificial intellegence yang di antaranya memberikan pelayanan konsultasi, tanya jawab seputar zakat untuk kemudahan bagi donatur.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan