Tak Yakin Program Pemberian Anak Ayam Bisa Sembuhkan Kecanduan Gawai

BANDUNG – Program pemberian Day Old Chicken (DOC)  atau anak ayam bagi pelajar mendapatkan respon yang berbeda-beda bagi elemen masyarakat. Ada yang setuju dengan program tersebut, dan juga sebaliknya.

Kali ini dukungan datang dari Kepala SMP Darul Hikam Bandung, Luqman Amin. Menurutnya, program yang digulirkan Wali Kota Oded Muhammad Danial sangat positif dan mengedukasi pejalar, jika dilakukan dengan baik dan benar. Bahkan, Luqman mengaku, pihaknya sudah menerapkan program yang sama sejak lima tahun lalu.

”Jadi program pemberian anak ayam itu sudah kami lakukan untuk Sekolah Dasar (SD). Kalau SMP belum, karena ini harus dicari dulu format yang lain,” ujar Luqman di sela-sela acara Try Out SD se-Jabar dan Pensi SMP Darul Hikam dengan tema We Are Superkids In The World, di Dago Tea House, Kota Bandung, baru-baru ini.

Lebih jauh, Luqman menjelakan program pemberian DOC yang diterapkan di lembaganya itu. Diklaim berjalan baik dan efektif lantaran mengedukasi para pejalar. Dengan program tersebut, diajak untuk belajar mandiri bagaimana cara memelihara anak ayam dengan baik dan benar.

”Jadi berdasarkan evaluasi, program itu bisa memberikan perhatian kepada anak untuk bisa lebih care (peduli), mengajarkan siswa bagaimana cara memelihara anak ayam, bisa mengetahui kenapa anak ayam yang dipelihara itu bisa mati,” terangnya.

Dia mengatakan, sebenarnya program DOC yang diterapkan pihaknya bukan menyuruh pelajar memelihara anak ayam di sekolah. Akan tetapi, sekolah meminta pelajar untuk memeliharanya di rumah masing-masing bersama orangtuanya. Pihak sekolah, lanjutnya, hanya meminta laporan secara berjenjang terhadap siswa.

”Sekolah hanya meminta laporan setiap minggu untuk pelajar. Jadi, anak ayam yang dibagikan kemudian dipelihara untuk beberapa bulan kedepan. Cara merawatnya seperti apa, perkembangannya seperti apa, nanti dilaporkan ke sekolah. Jadi laporan itu semacam ada LKS (Lembar Kerja Siswa) minggu pertama perkembangannya seperti apa, kedua dan seterusnya,” jelasnya.

Hanya saja, Luqman kurang sependapat jika pemberian DOC ditujukan untuk penyembuhan kecanduan gawai terhadap pelajar. Bahkan Luqman tidak yakin jika program pemberian DOC itu dapat menyembuhkan ketergantungan gawai bagi pelajar. Seharusnya kata dia, program pemberian DOC dilihat dari landasan filosofi, bukan sekadar dibagikan kepada pejalar.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan