Sumber Air Minim, Hambat Kinerja Damkar

NGAMPRAH– Keberadaan titik sumber air menjadi persoalan yang tengah di hadapi oleh Bidang Pemadam Kebakaran (Damkar) Kabupaten Bandung Barat (KBB). Hal itu berdampak pada proses penyelamatan saat terjadi bencana kebakaran lantaran sulitnya mendapatkan pasokan air.

Kepala Bidang (Kabid) Damkar pada Dinas Satpol PP dan Damkar KBB, Nanan Sunandar mengatakan, keberadaan sumber air sangat penting ketika kebakaran terjadi di suatu wilayah. Sebab, saat Fire Truck dan Water Suply habis, otomatis harus mencari sumber air terdekat.

“Idealnya memang di setiap kecamatan itu ada sumber air yang mudah untuk diakses. Sementara paktanya sekarang sangat minim dan menghambat kerja tim di lapangan,” kata Nanan di Komplek Perkantoran Pemkab Bandung Barat, Ngamprah, Jumat (30/8).

Dengan adanya sumber air yang bisa dimanfaatkan, kata Nanan, akan mempercepat proses penyelamatan dan meminimalisir kerugian saat adanya kejadian kebakaran. “Kalau pas persediaan air banyak mungkin aman. Tapi, seperti saat kemarau sekarang ini, ketika tidak ada sumber air, itu jadi kendala,” ungkapnya.

Pihaknya berharap, ke depannya ada anggaran khusus untuk pembangunan tempat penampungan air di sejumlah titik wilayah di Kabupaten Bandung Barat. Nanan menyebutkan, tempat penampungan minimal bisa menampung 13 ribu liter air. Karena 1 mobil damkar membutuhkan air sebanyak 3-5 ribu liter, dan minimal di 16 Kecamatan masing-masing ada tempat penampungan tersebut.

“Ya setidaknya minimal masing-masing setiap Kecamatan harus ada tempat penampungan air, itu untuk kebutuhan darurat. Dan air yang ada itu juga dapat digunakan oleh masyarakat sekitar kalau terjadi krisis air seperti saat kemarau,” terangnya.

Selama ini, lanjut dia, Damkar KBB mengambil air dari beberapa titik, di antaranya Pos Damkar Lembang dari kali Kampung Legok, Cililin dari waduk Saguling, Cikalong mengandalkan air dari Cihaliwung Cempaka, dan Babakan Gudang. Untuk Padalarang dari Kota Baru Parahyangan dan Caringin, serta di Kecamatan Batujajar dari Ciseupan.

“Titik lain belum ditemukan lagi lokasi yang bisa dimanfaatkan untuk penampungan air saat darurat membutuhkan air. Sedangkan respone time adalah 15 menit dengan radius jarak 7,5 kilometer dengan rincian 5 menit persiapan, 5 menit diperjalanan, dan 5 menit persiapan penanganan serta analisa kondisi di lokasi,” pungkasnya. (drx)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan