Proyek LRT Trase 1 Telan Rp 5 Triliun

BANDUNG – Proyek Light Rail Transit (LRT) Bandung Raya fase pertama rencanannya akan dibangun sepanjang 16 Km dengan skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).

Direktur Utama Jasa Moda Transportasi (JMT) Endi Roeswendi mengatakan, LRT Bandung Raya akan dijadikan proyek KPBU. Sehingga, untuk pembiayaan akan dari pemerintah dan investor.

’’Jadi pola KPBU ini sangat memungkinkan untuk dijalankan,”jelas Endi ketika ditemui di Gedung Sate kemarin. (30/1).

Dia mengatakan, rencananya untuk pembangunan LRT khususnya trase satu dari Tegalluar-Leuwipanjang sepanjang 16 Km, dibutuhkan biaya sekitar Rp 4 triliun-Rp 5 triliun. Rute itu akan terhubung dengan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang saat ini sedang dalam tahap pembangunan.

Dia mengatakan, saat ini tengah menjajaki pembentukan konsorsium dengan PT Wijaya Karya, PT Jasa Sarana dan perusahaan swasta asing untuk ikut ke dalam lelang proyek tersebut. Sementara untuk dana pemerintah masih dilakukan penghitungan.

“Kita akan hitung, berapa yang cocok tergantung pemerintah yang punya kepentingan apakah BUMD harus besar atau BUMN,” ucapnya.

Sementara untuk porsi anggaran dari pemerintah, lanjut dia, dirancang dalam dua skema yakni dana pendukung tunai (Vaibility Gap Fund) dan avaibility payment (AP).

“AP ini yang diberikan tiap tahun oleh pemerintah. Ada juga bantuan investasi cuman besarannya harus dihitung,” katanya.

Menurutnya setelah mematangkan skema KPBU yang tepat, Pemprov sedang mendorong agar proyek ini segera dilelang, namun karena harus melibatkan Bappenas, Kementerian Keuangan dan Kemenhub rencananya akan dibentuk terlebih dulu kantor bersama agar proyek ini bisa berjalan sesuai harapan.

“Ini untuk membantu mempercepat proses ini,” ucapnya.

Dia menambahkan, setelah urusan administrasi selesai maka proses lelang investasi akan dimulai. Harapannya proses lelang ini bisa selesai di tahun ini agar pembangunan LRT Bandung Raya ini bisa sejalan dengan Kereta Cepat yang diprediksi selesai 2021 mendatang.

“Karena kalau dari kereta cepat (Tegalluar) tidak ada (LRT) ke Bandung, penumpang naik apa?” ujarnya.

PT JMT merupakan anak perusahaan PT Jasa Sarana sebagai BUMD milik Pemprov Jabar. Perusahaan daerah ini dibentuk untuk menggarap proyek monorel sebelum akhirnya sekarang diganti menjadi LRT Bandung Raya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan