Perlu Adaptasi untuk Hadapi Era Industri 4.0

CIMAHI – Akan ada saatnya, hal atau pekerjaan yang saat ini dianggap penting tak lagi diperlukan. Dan tiga tahu kedepan atau dalam era industri 4.0. 35 persen pekerjaan penting itu tak lagi penting. Untuk itu dibutuhkan kemampuan adaptasi dan keterbukaan untuk fokus menghadapi tantangan tersebut dengan memanfaatkan teknologi yang memberi perubahan dalam kehidupan masyarakat luas.

Hal itu diungkapkan, Profesor Herry Utomo dan Profesor Ida Wenefrida dari Louisiana State University dalam General Lecture Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) Jalan Terusan Sudirman Kota Cimahi, Jumat (22/3).

”Industri 4.0 mau tidak mau akan datang karena perubahannya epidemik dan sistemik ke berbagai arah. Kita wajib menemukan potensi yang ada dari hasil kreatifitas yang bisa membantu kehidupan lokal dengan kejelian mengaplikasikan teknologi,” ujarnya.

Herry mengatakan, tantangan di era industri 4.0,bukan memerangi pengangguran, namun harus memenuhi permintaan tenaga kerja berspesifikasi baru dengan cepat.

”Harus jadi partisipan dalam industri 4.0. Pemasaran, inovasi, teknologi bisa terkoneksi. Sarana prasarana yang dibutuhkan memang ngeri, tapi bisa kita tingkatkan sesuai kemampuan,” katanya.

Ia mencontohkan, membuat produk lokal dan bisa dipasarkan secara mendunia, seperti menciptakan mesin kecil hasil kreatifitas sehingga bisa menawarkan barang yang tidak ada di dunia.

”Untuk perguruan tinggi, tantangan terbesar menciptakan lulusan dengan spesifikasi tepat, cepat, dan besar jumlahnya,” ucapnya.

Selain itu, para lulusan juga perlu dibekali pola pikir siap beradaptasi terhadap perubahan dan menjadi  pemikir yang kritis, pencari solusi, inovator, komunikator, dan pemimpin bermotivasi tinggi.

”Saatnya bagi Unjani untuk memperkuat kepemimpinan dengan visi tajam, siap beradaptasi, dan fokus menghadapi tantangan,” ucapnya.

Sehingga, lanjutnya, kurikulum, materi ajar, dan cara pembelajaran perlu dikristalisasi untuk menumbuhkan iklim kreatif, imajinatif, dan pemecahan masalah dengan memberdayakan teknologi ajar terkini. Termasuk, kolaborasi dalam ekosistem kampus yang terbuka dan global.

”Kuncinya kemampuan, dedikasi, adaptasi dan keterbukaan. Willing to go beyond and out of the box. Sehingga berdampak pada kualitas yang maju dan hasilkan lulusan inovatif, kreatif, dengan  kemampuan setara kebutuhan tenaga di industri 4.0,” tandasnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan