Pemkot Gandeng Pemuda untuk Program Sister City

BANDUNG– Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana merangkul para pemuda un­tuk ikut berperan dalam pro­gram sister city. Dia berharap kehadiran pemuda dalam program ini mampu meru­muskan kerja sama yang lebih nyata antara pemuda Kota Bandung dengan pemuda dari negara lain.

Yana sangat bersyukur wa­dah para pemuda yang fokus beraktivitas di program sister city ini telah terbentuk. Wadah tersebut yaitu Bandung Sister Cities (Basic) Youth Forum yang berada di bawah bim­bingan Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kota Bandung.

”Saya apresiasi apa yang dilakukan teman-teman. Se­kaligus kita evaluasi program sister city ini. Potensinya luar biasa, oleh karenanya kami sambut. Kami juga berharap pemuda bisa membuat pro­gram yang lebih kongkret dan kerja sama di program sister city,” kata Yana di ruang ker­janya, di Plaza Balai Kota, Jalan Wastukancana, Bandung, Selasa (19/3/2019).

Yana berharap, inisiatif Ba­sic Youth Forum menjaga hubungan dengan para pe­muda dari berbagai negara bisa tetap berjalan konsisten. Pemkot Bandung akan mem­beri dukungan terhadap ak­tivitas berjejaring ini dengan catatan harus berani menja­jaki kerja sama yang lebih kongkret.

Pemkot Bandung, kata Yana, secara bertahap akan berupaya menindaklanjuti gagasan tersebut dengan memfasilitasinya dalam pro­gram sister city. Ia yakin, Basic Youth Forum bisa me­nangkap setiap peluang kerja sama dengan negara lain, utamanya di sektor ke­pemudaan.

“Mudah-mudahan ke depan bisa meningkatkan kerja sama. Karena banyak program dari negara negara sahabat. Nanti ‘G to G’ tugas kita, tapi kontennya bisa jadi dari te­men-temen,” ujarnya.

Yana mengungkapkan, di masa pemerintahannya ber­sama Oded M. Danial ini bakal menjalin banyak kerja sama dengan negara-negara yang lebih maju. Yakni dengan mempelajari perkembangan teknologi untuk menunjang pembangunan di Kota Bandung agar lebih pesat.

“Bandung di periode kami siap jadi ‘living lab’. Apabila ada aplikasi atau teknologi, kita siap menjadi laborato­riumnya. Jadi kalau negara lain mempelajari itu 10 tahun, kenapa tidak kita pelajari itu dan kembangkan dalam 1 tahun,” ulasnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan