Pasang HargaTinggi Meski Rumah Langganan Banjir

Diapit dua sungai kecil membuat Perumahan Total Persada, Kelurahan Gembor, Kota Tangerang, Banten menjadi langganan banjir. Sejak pertengahan dekade 90-an silam, banjir membuat psikis warga pinggiran Kota Jakarta ini menderita, kehilangan harta benda hingga gangguan kesehatan pun dialami penduduknya.

KHANIF LUTFI- Tangerang

Terik matahari yang menyengat menemani kesibukan warga RW 07 dan RW 08 Komplek Total Persada, Rabu (30/1) lalu. Hingga pukul 12.00 WIB, kaum pria dan wanita masih disibukan membersihkan rumah dari lumpur sisa-sisa banjir semalam.

Ada yang mengepel lantai, membersikan perabotan rumah, hingga mencuci sofa yang terendam lumpur. Sementara, kaki mereka masih tenggelam dalam genangan banjir setinggi lutut orang dewasa. Mereka memilih tetap bertahan di rumahnya Meski sudah menjadi tempat langganan banjir selama belasan tahun, warga tidak pindah ke tempat lain dan membiasakan diri dengan kondisi tersebut.

Salah satunya Avi Avianti, 40, warga RT 02/RW 08 Komplek Total Persada. Ibu dua anak ini tengah sibuk membersihkan lemarinya dari lumpur sisa banjir yang meluber hingga ke dalam rumahnya. Banjir yang melanda kawasan itu sejak Senin (28/1) memaksa keluarganya mengungsi. Sebab, air sudah mencapai 90 sentimeter. ”Kalau hujan lebat, sudah itu pertanda kami harus ngungsi,” ujar wanita yang sudah tinggal di sana sejak tahun 1998 itu.

Avi menuturkan, 25 tahun silam kawasan ini hanya merupakan tempat peternak menggembalakan hewan ternaknya. Meski demikian, pengembang Total Persada telah membangun satu-dua rumah di kompleks tersebut. Selang beberapa bulan, kawasan yang dahulu berupa rawa dan kebun warga berubah menjadi deretan rumah tipe sederhana.

”Dulu rumah di sini masih murah, saya cicil Rp 50 ribu per bulan sampai 20 tahun. Tapi lama kelamaan saya tempati rumah ini, kok tiba-tiba ada genangan air, saya curiga apa nanti akan banjir,” katanya.

Kecurigaan Avi menjadi kenyataan. Usai kemarau panjang pertengahan 1997, hujan terus menerus datang mengguyur kawasan tersebut. Banjir perdana pun terjadi. ”Dulu cuma lima tahun sekali, sekarang bisa setahun dua kali. Wali kota juga sudah pakai banyak cara, tapi enggak mempan, banjir tetap saja ada sampai masuk ke dalam rumah,” tuturnya.

Tinggalkan Balasan