PAN Belum Siap Jadi Oposisi

JAKARTA – Pertemuan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan dengan Presiden Joko Widodo di Istana Negara saat pelanti­kan Murad Ismail dan Barnabas Orno sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku pada Rabu (24/4) banyak menim­bulkan berbagai tafsir.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) men­gatakan bahwa alur politik Indonesia itu sangat dinamis dan tidak kaget jika suatu hari Partai Amanat Nasional (PAN) masuk dalam koalisi Joko Widodo – Ma’ruf Amin.

“Politik itu dinamis dan sang­at cair. Jangan aneh dan jangan heran jika nanti masuk barisan koalisi Jokowi-Ma’ruf Amin (MA). PAN masih belum siap menjadi oposisi, belum siap untuk tidak berkuasa. Oleh karena itu, sangat rasional jika PAN nanti pindah haluan, me­ninggalkan Prabowo-Sandi dan merapat ke Jokowi-MA,” Ujar­nya ke Fajar Indonesia Network di Jakarta, Jum’at (26/4).

Menurut Akademisi Univer­sitas Al-Azhar Indonesia (UAI) ini, koalisi partai di Republik Indonesia ini sangat rentan, disebabkan koalisi partai di Indonesia bukanlah perkum­pulan ideologi.

“Dan koalisi di Indonesia. Bukanlah koalisi ideologis. Termasuk koalisi partai-par­tai pendukung Prabowo-Sandi. Jangan aneh jika koa­lisinya mudah goyah. Dan koalisi di Indonesia masih berdasarkan kepentingan dan pragmatisme,” imbuhnya.

Terpisah, Wakil Ketua Tim Kemenangan Nasional (TKN) Paslon Capres dan Cawapres nomor urut 01 Jokowi-Ma’ruf Amin, Moeldoko mengatakan, dalam politik tidak ada yang tidak mungkin untuk berga­bung satu dengan lainnya.

“Itu dinamis, namanya poli­tik tidak ada yang stagnan. Itu kan baru tahapan silaturahmi,” ujar Moeldoko di Jakarta

Lebih lanjut, Moeldoko me­nilai bergabungnya PAN ke partai mendukung Jokowi -Ma’ruf sangat mungkin saja terjadi, mengingat dalam menciptakan pemerintahan yang stabil dan kuat dibutu­hkan dukungan oleh lem­baga lain, seperti DPR.

“Dengan kekuatan ada se­karang, bisa saja politik ber­sifat dinamis. Bisa saja 60 persen, bisa 70 persen, bisa 80 persen (partai di DPR du­kung Jokowi ). Itu dinamis,” tambahnya.

Dilain sisi, Moeldoko me­nilai pemerintah juga memer­lukan oposisi untuk menja­lankan roda pemerintahan yang seimbang disebabkan tak elok jika tidak seimbang.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan