KPAD Bidik Sekolah untuk Edukasi Bahaya Bullying

NGAMPRAH – Untuk mencegah terjadinya bahaya bullying (perundungan) di kalangan pelajar, jajaran Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD), Kabupaten Bandung Barat, menggelar sosialisasi di SMP Negeri 3 Parongpong yang diikuti 668 siswa.

Kegiatan ini juga dihadiri para komisioner KPAD KBB serta dibuka langsung oleh Kepala SMP Negeri 3 Parongpong, Efni Iriani yang didampingi para guru.

Ketua KPAD KBB, Dian Dermawan menyatakan, para siswa di sekolah sangat penting untuk mendapatkan edukasi terkait bahaya bullying. Sebab, tak sedikit banyak kasus bullying yang terjadi selama ini di sejumlah sekolah di berbagai daerah.

Dian menyembutkan, setelah siswa mengerti, mereka diharapkan bisa melakukan antisipasi atau memahami tindakan yang harus dilakukan saat melihat praktik bullying di lingkungan terdekatnya.

“Lingkungan sekolah menjadi salah satu tempat maraknya bahaya bullying. Sadar atau tanpa disadari itu terjadi. Itulah pentingnya peran KPAD dalam memberikan pencegahan, agar bullying tidak menjadi budaya negatif, terutama di kalangan pelajar,” kata Dian usai sosialisasi baru-baru ini.

Menurutnya, KPAD menggandeng pihak sekolah dalam menyampaikan program atau regulasi yang harus ditaati siswa. Biasanya, ketika pihak luar yang menyampaikan, siswa akan segan dan mau mendengar.

Terlebih, KPAD memiliki tugas dalam mencegah terjadinya kekerasan pada anak. Sehingga, sinergitas dengan lembaga pendidikan diharapkan bisa menciptakan lingkungan sekolah yang terbebas dari perilaku buruk anak.

Kepala SMP 3 Parongpong, Efni Iriani sangat mengapresiasi upaya yang dilakukan KPAD KBB dalam mencegah terjadinya kekerasan pada anak. Menurut dia, anak didik sangat membutuhkan pembinaan luar ruang yang lebih interaktif daripada hanya mendapatkan teori di dalam kelas.

“Sebab, mendidik dan mengajar bukan hanya tugas 40 orang guru yang ada di sekolah ini, tapi juga menjadi tanggung jawab semua pihak,” katanya.

Tema yang disampaikan mengenai perlindungan anak dari kekerasan, bullying, indisipliner, dan bahaya narkoba, menurutnya, menjadi permasalahan yang rentan menimpa kalangan pelajar.

Kondisi tersebut terjadi karena jiwa mereka masih rapuh dan belum stabil, sehingga memungkinkan siswa terjerumus pada perilaku negatif ketika fondasi pendidikan dan agamanya tidak kuat.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan