Hasilkan Lima Kesepakatan Pengembangan Kawasan Asia

NGAMPRAH– Dalam penyelenggaraan China-ASEAN Conference on People to People Friendship Organizations (CACPPFO) ke-12 tahun 2019 yang diikuti oleh total 11 delegasi negara bertempat di Hotel Mason Pine Kota Baru Parahyangan, Padalarang menghasilkan lima butir kesepakatan, pada Senin (11/11). Konferensi Internasional tersebut juga sebagai momentum membangun kerja sama dan kolaborasi antar negara untuk membuat masyarakat sejahtera.

“Ada 11 negara yang hadir dan ikut dalam konferensi tingkat Internasional tersebut.  Negara yang hadir sepakat melaksanakan lima program yang dicanangkan. Sebab ini di Bandung, dengan semangat Bandung Lautan Api dan Konferensi Asia Afrika semua sepakat meningkatkan kolaborasi, prinsip saling menghormati, mempercayai, serta mewujudkan daerah aman, stabil, dan sejahtera,” kata Ketua Umum Lembaga Kerjasama Ekonomi dan Sosial Budaya Indonesia China, Mayjen (Purn) Sudrajat kepada wartawan.

Menurutnya, lima kesepakatan itu adalah pertukaran ahli dan penerima beasiswa untuk memperkuat platform termasuk pertanian, kuliner, literatur, desain, perlindungan lingkungan, energi dan digital. Kemudian pertukaran mahasiswa dengan pola homestay jangka pendek untuk mempelajari budaya masing-masing, serta adanya konektivitas antara Belt and Road Initiatives yang dikumandangkan oleh China dan ASEAN dengan Master Plan on Asia Connectivity.

Berikutnya adalah adanya kerja sama lokal, yakni membangun mekanisme platform pertukaran pemerintah lokal seperti provinsi dan kota melalui program sister city, provin city, dll. Terakhir adalah bagaimana berkomitmen untuk membantu memeriksa dan memperbaiki laporan yang menyesatkan dan berita palsu dalam di media sosial yang cenderung membingungkan masyarakat dan menghambat pemahaman dan kerja sama yang lebih baik antara negara-negara ASEAN dan Cina.

“Bonus demografi populasi penduduk yang sangat besar karena seperlima penduduk dunia ada di China dan ASEAN menjadi modal bagaimana kami menghadapi tantangan era industri 4.0. Semua bersama-sama membangun sehingga di abad 21 ini Asia bisa menjadi kiblat dari pertumbuhan ekonomi dunia,” kata dia.

Khusus untuk pertukaran pelajar, lanjut Sudrajat, sudah berlangsung sejak dari beberapa tahun yang lalu. Bahkan setiap tahunnya Indonesia selalu mengirimkan pelajar dengan usia 17-20 tahun untuk mengikuti jambore pemuda di Cina. Itu sebagai upaya menggembleng generasi muda sebagai calon pemimpin masa depan yang bisa memahami karakteristik masyarakat di negara-negara lain. “Konferensi ini akan ditindaklanjuti oleh Asosiasi Kerjasama Ekonomi, Sosial dan Budaya Indonesia-Cina agar berkelanjutan,” imbuhnya.

Tinggalkan Balasan