Dukungan Mahasiswa Wujudkan Pemilu Damai

BANDUNG – Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Gunung Djati Bandung menjadi sasaran untuk berkontribusi dalam mewujudkan pemilu damai. Untuk itu, Dewan Mahasiswa Fakultas Ushuludin Uin Sunan Gunung Djati Bandung (DEMA FU UIN SGD), berkolaborasi dengan Keluarga Mahasiswa Cipanas Tatar Pasundan (KAMICIPTA) menggelar seminar dengan tema ”Memperkuat Nilai-Nilai NKRI Dalam Mewujudkan Pemilu Damai”.

Ketua DEMA FU UIN Sunan Gunung Djati, Jajang Nasserie menuturkan, pelaksanaan seminar merupakan salah satu upaya untuk menanamkan pembelajaran politik dalam kehidupan berdemokrasi.

”Ini juga bertujuan untuk memberikan pencerahan kepada para mahasiswa ditengah-tengah kondisi politik yang kian hari kian memanas” tuturnya disela-sela acara, di Aula UIN SGD, Jalan AH Nasution, Kota Bandung, baru-baru ini.

Ditempat yang sama, Kasat Intel Polrestabes Bandung, AKBP Drs.Muhamad Tatang M.SI menuturkan peranan mahasiswa dalam menjaga NKRI sangat dibutuhka. Melaui kontribusi nyata sebagai akar penerus bangsa.

”Mahasiswa harus membawa perubahan juga sosial kontrol dalam menjaga nilai-nilai pancasila dalam kehidupan bernegara” tuturnya.

Sementara itu ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Bandung, Suharti Farihatunnisa mengatakan perlu adanya sinergi dengan akademisi. Sebab, pelaksanaan Pemilu ini bukan hanya pesta demokrasi untuk partai politik saja, melainkan seluruh warga negara harus terlibat.

”Jadi mahasiswa harus menjadi penggerak, yang namanya pesta itu semua harus ceria, damai dan gembira meskipun pilihan kita berbeda” katanya.

Suharti menambahkan, setelah orde baru Indonesia telah melaksanakan pemilu sebanyak lima periode. Dan untuk tahun ini ada perbedaan dengan jumlah surat suara, sebab bersamaan dengan Pileg dan Pilpres.

”Ada lima jenis (surat suara) untuk DPRD kabupaten/kota, DPRD provinsi, DPR RI, DPD dan Presiden,” tandasnya.

CEO Aequalis Consultant yang sekaligus Dosen Fisip Unpad, Affabille Riffawan mengungkapkan, Indonesia adalah negara yang besar dengan ras, suku dan budaya yang berbeda. Sehingga peranan mahasiswa menjadi stabilitas dengan mendukung pemilu sebagai kompetisi yang sehat.

”Konflik yang terjadi dalam pesta demokrasi adanya perbedaan pendapat, kepentingan dan perjumpaan yang berbeda juga tak seirama,” tuturnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan