Diskominfoarpus Berikan Pelatihan IT Kreatif

CIMAHI – Sekitar 100 perwakilan RW se- Kota Cimahi mengikuti pelatihan Information and Technology (IT) Kreatif yang dilakukan oleh Dinas Komunikasi Informasi Perpustakaan dan Kearsipan (Diskominfoarpus) Kota Cimahi.

Kepala Diskominfoarpus Kota Cimahi, Harjono mengatakan, setelah melakukan evaluasi terhadap program pemasangan wifi gratis maka pihaknya menilai dalam waktu satu tahun ini, penerapan program tersebut kurang optimal digunakan untuk mendukung peningkatan pelayanan administrasi masyarakat.

”Agar optimal penggunaanya maka kita lakukan pelatihan ini. Pengurus RW harus tahu penggunaan wifi itu untuk pelayanan, jangan justru dimanfaatkan hiburan warga, apalagi anak-anak,” kata Harjono, disela-sela pelasanaan pelatihan IT Kreatif, di Gedung Teknopark, Jalan Baros, Selasa (23/7).

Menurutnya, pelatihan yang dilakukan bertujuan agar para pengurus RW tahu bagaimana membatasi penggunaan internet RW oleh anak-anak, membatasi konten negatif, dan optimalisasi pelayanan.

”Jadi warga yang mau urus surat-surat, tidak perlu ke kelurahan atau kecamatan, cukup lewat komputer atau hp ketua RW-nya. Dan sebetulnya wifi RW harus dipassword, jadi pengaksesnya terbatas,” ujarnya.

Pelatihan yang melibatkan relawan TIK, Jabar Saber Hoax, dan pihak swasta itu juga mengajarkan bagaimana pengurus RW mampu membatasi penyebaran informasi hoax.

”Pengurus RW ini juga diedukasi bagaimana menerapkan internet positif di masyarakat, jadi mereka tidak berperan sebagai penyumbang informasi hoax,” tandasnya.

Ditempat yang sama, Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Cimahi, Dikdik S. Nugrahawan, menilai selama setahun diterapkan, program RW-net dirasa sangat membantu dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

”Tujuannya kan untuk membantu pemberdayaan masyarakat, selain pelayanan juga untuk pengembangan UKM masyarakat. Tentu ditunjang dengan skill dan sarprasnya,” kata Dikdik.

Untuk itu, dia meminta agar keberadaan wifi gratis hendaknya dimanfaatkan secara bertanggungjawab. Layanan itu harus berdampak pada pelayanan publik.

”Maka ketika lebih paham mengenai IT, RW bisa melakukan pengawasan kepada masyarakat yang memanfaatkan keberadaan wifi gratis tersebut,” ujarnya.

Dia mengakui, meski dengan adanya wifi disetiap RW dirasakan ada dampak positif terhadap pelayanan publik, namun masih banyak pula anak kecil dan pemuda berkumpul di titik hotspot internet untuk bermain game. Ada juga soal konten pornografi, penyebaran paham radikal, penyebaran hoax, dan lainnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan