Damas Cakaba Sukses Gelar Pasanggiri Pop Sunda 2019

PAMEUNGPEUK – Untuk mempertahan Seni Budaya Khas, Daya Mahasiswa Cabang Kabupaten Bandung (Damas Cakaba) sukses menggelar Pasanggiri Pop Sunda 2019.

Audisi Pasanggiri tersebut, digelar pada Selasa, 26-27 Nopember lalu. Beberapa katagori usai antusias mengikuti perlombaan tersebut, pada babak final kategori usia 15 – 18 tahun pria/wanita dan 10 – 14 tahun pria/wanita, dengan menghadirkan Dian Hendrayana dan Rosyanti sebagai tim juri.

Ketua Tim juri Dian Hendrayana mengatakan, dari hasil final pasanggiri ini dapat dilihat peserta yang mendaftar terbanyak dari kalangan perempuan. Dominasi ini juga menurut Dian tak lepas dari anggapan dalam urusan nyanyi, suara perempuan dianggap lebih eksotis dan erotis.

”Paling banyak dari kalangan perempuan pesertanya. Ini menunjukkan memang urusan kawih atau lagu itu kaum perempuan lebih dominan. Sehingga dalam final ini pun baik dari segi kuantitas maupun kualitas, persaingan ketat terjadi di kategori perempuan, dan membuat kami lumayan kesulitan untuk menentukan juara,” kata Dian saat ditemui usai pengumuman juara pasanggiri, belum lama ini.

Dosen UPI Bandung yang juga alumni Damas ini menilai dari para juara pasanggiri ini sudah layak untuk menjadi bintang dan masuk rekaman atau industri musik. ”Waktu mereka masih panjang usia mereka paling tinggi 18 tahun, kesempatan masih begitu terbuka dan potensi mereka untuk menjadi penyanyi sangat terbuka,” ujarnya.

Dian mengpresiasi terselenggaranya Pasanggiri Pop Sunda ini karena merupakan salah satu kegiatan strategis dalam pemeliharaan potensi budaya dan pemajuan kebudayaan. ”Hanya saja Pasanggiri pop Sunda ini harus diimbangi dengan pembinaan, baik itu dari kalangan sekolah atau pemerintah daerah melalui dinas terkaitnya, termasuk organisasi seperti Damas ini,” tukasnya

Ia pun berharap dalam Pasanggiri Pop Sunda ke depan peserta harus membawakan lagu wajib dan lagu pilihan yang lebih berkualitas. ”Lagu berkualitas itu dilihat dari indikator kontur melodinya secara musikal, juga secara verbal, termasuk lirik-lirik lagu yang mengandung nilai sastra tinggi,” jelasnya.

Hal yang sama dikatakan Rosyanti, dirinya sebagai juri merasa bangga terhadap semua peserta Pasanggiri Pop Sunda yang masih besar minatnya terhadap seni pop sunda. Kendati begitu, ia memberi masukan kepada peserta dan penampingnya, dalam tembang pop sunda tidak boleh terlepas estetika dan ornamentasi atau vibrasi kawih sunda, sehingga harus berbeda dibanding pop Indonesia maupun pop barat.

Tinggalkan Balasan