Cimahi Masih Aman dari Dampak Kemarau

CIMAHI – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan data terbaru daerah yang mengalami kekeringan akibat kemarau. Tercatat ada 11 daerah mengalami kekeringan sebab tak tersentuh hujan selam 65 hari lebih. Namun berdasarkan data tersebut Kota Cimahi tak termasuk di dalamnya.

Hasil pemantauan cuaca BMKG hingga pertengahan Juli 2019, 11 daerah yang sudah lama tidak turun hujan ini di antaranya Indramayu, Karawang, Bekasi, Majalengka, Sumedang, Cirebon, Cianjur, Subang, sebagian Sukabumi dan sebagian Purwakarta.

”Daerah-daerah tersebut curah hujannya rendah. Bahkan Indramayu daerah paling parah dilanda kekeringan karena sudah tidak ada hujan hingga 94 hari atau selama tiga bulan lebih,” terang Kepala BMKG Bandung, Tony Agus Wijaya, Jumat (2/8)

Selain Indramayu, daerah Karawang, Bekasi dan Majalengka juga telah mengalami kekeringan cukup parah karena tidak tidak turun hujan lebih dari 78 hari.

Dia mengungkapkan, BMKG telah menyampaikan informasi sejumlah daerah yang mengalami kekeringan tersebut kepada Pemerintah Daerah (Pemda) dan Badan Penangguulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.

”Kami sifatnya hanya memberikan informasi, terkait status daerah yang dilanda kekeringan, akan ditentukan oleh masing-masing Pemda yang didukung BPBD,” jelasnya.

Tony mengimbau masyarakat agar waspada terhadap kekeringan sebab kondisi ini bisa berdampak terhadap sektor pertanian, ketersediaan air tanah dan kelangkaan air bersih.

BMKG memprediksi, puncak kemarau akan terjadi pada bulan Agustus. Sementara pada September hingga Oktober diprakirakan akan masuk musim penghujan.

Meski belum ditetapkan sebagai daerah siaga kekeringan, namun musim kemarau sangat berpengaruh terhadap sektor pertanian di Kota Cimahi. Baik pertanian lahan basah atau sawah maupun lahan kering atau perkebunan.

Untuk lahan sawah, dampak paling terasa dirasakan petani di Kampung Pasir Kiara, Kelurahan Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi. Dari 15 hektare lahan, 5 hektare di antaranya gagal panen. Sedangkan sisanya terpaksa dipanen dini.

Sedangkan bagi lahan perkebunan, tak turunnya hujan sangat berpengaruh pad kualitas sayuran. Selain itu, biaya produksi tanam juga membengkak bila memaksakan untuk dilakukan penanaman. (mg3/ziz)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan