Beberapa Faktor Pengundang Bencana

BULAN Ramadan adalah saat yang tepat bagi kita untuk bermuhasabah. Merenungkan tentang penghambaan diri kita kepada Allah swt sebagai pribadi, keluarga, masyarakat, ataupun sebagai sebuah bangsa.

Di bulan yang mulia ini, kita perlu menimbang diri dengan kitab Allah swt. Mari kita bertanya pada diri kita masing-masing, apakah kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang bersyukur, atau malah termasuk ke dalam golongan orang-orang yang kufur? Apakah kita termasuk golongan orang-orang yang berhak mendapat tambahan nikmat, atau termasuk golongan orang-orang yang berhak mendapatkan azab? Naudzubillah…

Kita sebagai pribadi, keluarga, masyarakat, ataupun sebagai sebuah bangsa harus berupaya sekuat tenaga agar menjadi orang-orang yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah swt. Menjadi orang-orang yang bertakwa. Oleh karena itu marilah kita hindari perilaku-perilaku yang akan mengundang murka Allah swt. Mari kita jauhi faktor-faktor pengundang bencana.

Mari kita lawan demoralisasi agar Allah swt tidak menghancurkan kita sebagaimana Dia telah menghancurkan kaum Nabi Luth di masa lalu. Allah Ta’ala berfirman, ”Dan kami turunkan kepada mereka hujan (batu); maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu.”(Q.S. Al A’raf: 84)

Bangsa kita telah mengalami dekadensi moral yang mengkhawatirkan, karena itu tidak heran kalau berbagai bencana muncul di negeri ini.

Selain demoralisasi, kemusyrikan juga menjadi salah satu faktor pengundang bencana. KaumQuraisydankaum-kaumsebelumnyadihancurkan Allah karenakesyirikan.Sementara itu, di negeri kita mulai dikembangkan pemikiran para normal dan mistik. Kita harus meninggalkannya jika ingin mendapatkan keselamatan dan keberkahan hidup.

Faktor pengundang bencana lainnya yang harus kita berantas adalah kecurangan, kolusi dan korupsi. Jangan sampai kita dihancurkan oleh Allah swt sebagaimana dihancurkannya kaum Nabi Syu’aib, bangsa Madyan, karena curang dalam timbangan dan takaran.

”Kemudian mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka”(Q.S. Al A’raf: 85-91)

Selanjutnya kita pun harus berhati-hati terhadap sikap mendewa-dewakan kekuasaan, harta, dan profesi. Gara-gara arogansi kekuasaan, Fir’aun akhirnya dihancurkan Allahswt.Gara-gara membangga-banggakan kekayaan, Qarun akhirnya ditenggelamkan Allah ke dasar bumi. Gara-gara merasa pintar dan serba bisa akhirnya Haman di binasakan Allah.

Tinggalkan Balasan