SOREANG – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung terus berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), sekaligus juga kualitas lingkungan hidup. Dua dari lima prioritas pembangunan tersebut, kali ini coba disentuh melalui penyelenggaraan program Sekolah Sungai.
Kegiatan perdana sekolah sungai ini, diikuti 100 orang peserta. Mereka terdiri dari siswa dan guru SMP, kader Kampung Sabilulungan Bersih (Saber) serta Badega Lingkungan.

Kepala DLH Kabupaten Bandung Asep Kusumah mengungkapkan, kegiatan sekolah sungai untuk pertama kali digelar pihaknya pada Rabu 30 Oktober 2019. Kegiatan yang berlokasi di Sungai Cisangkuy Hulu di Desa Margamekar dan Pulosari Kecamatan Pangalengan tersebut, merupakan tindak lanjut arahan dan kebijakan Bupati Bandung H. Dadang M. Naser.
”Sesuai arahan Pak Bupati, bahwa substansi permasalahan lingkungan sesungguhnya adalah permasalahan peradaban. Sehingga tantangan terbesar dalam penanganan permasalahan lingkungan, adalah pada penguatan edukasi dan sosialisasi terhadap seluruh komponen masyarakat. Harapannya kegiatan ini akan mampu membangun peradaban dan perilaku yang cinta dan peduli untuk menjaga, memelihara dan meningkatkan kualitas lingkungan,” ungkap Kepala DLH di ruang kerjanya di Soreang, Selasa (12/11).
Maksud penyelenggaraan sekolah sungai ini, terangnya, adalah sebagai media edukasi dengan metode pembelajaran langsung dilapangan. Dengan metode ini, diharapkan akan mempercepat pemahaman tentang beratnya permasalahan yang terjadi di sungai sekitar lokasi pembelajaran, khususnya bagi siswa sekolah.
”Sedangkan tujuannya adalah untuk membangun kesadaran dan rasa tanggung jawab, sekaligus meningkatkan kapasitas SDM dalam menjaga dan melestarikan sungai,” terang Asep Kusumah.
Dalam pelaksanaan program ini, pihaknya bekerjasama dengan Yayasan Elingan yang diketuai oleh Deni Riswandani. Kepala DLH menilai, Elingan memiliki pengalaman dan prestasi yang cukup inspiratif dalam menyelenggarakan sekolah sungai.

Lebih jauh Asep Kusumah menjelaskan, para peserta dibagi menjadi lima kelompok. Kelompok pertama adalah Morfologi Sungai, di mana peserta akan mengenal bentuk sungai, baik dari sisi kecepatan, kedalaman maupun lebar sungai. Kelompok kedua adalah Biota Sungai, di mana mereka belajar mengenai tumbuhan dan hewan yang habitatnya di sekitar sungai.
”Kelompok ketiga yaitu Konservasi Sungai. Dalam kelompok ini, peserta belajar mengenai pelestarian dan perlindungan sungai. Bagaimana peserta mengidentifikasi kondisi sungai, misalnya apakah sungai tersebut telah mengalami alih fungsi lahan, apakah sumber daya alamnya sudah tereksploitasi, apakah ada pencemaran dan lain-lain. Selain itu disampaikan pula cara-cara penanganannya,” jelas Asep Kusumah didampingi Kepala Bidang Konservasi dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Windya Wardhani.

Kelompok keempat yaitu Adventure Sungai. Dalam kelompok petualang sungai ini, peserta menaiki perahu dan menelusuri sungai.
”Sedangkan kelompok terakhir yaitu Rescue Sungai. Di mana peserta akan belajar bagaimana cara menyelamatkan sungai, pada saat ada bencana seperti banjir, kekeringan maupun pencemaran,” tutur Asep.
Untuk penyelenggaraan perdana, peserta siswa dan guru berasal dari 25 SMP yang telah mendapatkan anugerah Sekolah Adiwiyata. Asep beralasan, di tingkat SMP, para siswa telah mendapatkan materi yang terdapat dalam lima kelompok di Sekolah Sungai tersebut.
Bupati Bandung H. Dadang M. Naser menyambut positif program di bidang lingkungan ini. Dirinya menilai, citra Sungai Citarum sebagai sungai terkotor di dunia, dapat cepat dikikis apabila masyarakat teredukasi kesadarannya untuk menjaga lingkungan sejak dini.
”Mengedukasi masyarakat melalui jalur pendidikan, sangatlah efektif. Banyak program yang dilakukan melalui DLH termasuk dalam mendukung Program Citarum Harum, salah satunya Sekolah Sungai. Tentu ini membawa semangat yang harus didukung oleh seluruh pihak, terutama untuk mengoptimalkan fungsi Sungai Citarum dan sungai lainnya yang ada di Kabupaten Bandung sebagai sumber kehidupan dan lambang peradaban,” ucap Bupati Dadang Naser.
Dia pun berharap, program yang selaras dengan visi misi pembangunan yang diembannya ini, dapat dilakukan secara rutin dan berkesinambungan dengan melibatkan semakin banyak peserta.
”Saya berharap program ini sifatnya berkelanjutan dan menyentuh seluruh sekolah yang ada di Kabupaten Bandung. Juga mengikutsertakan berbagai komunitas yang cukup banyak di Kabupaten Bandung. Tentunya ini akan membentuk karakter masyarakat cinta alam di masa-masa yang akan datang,” pungkasnya (adv/yul)