Akibat Kekeringan, Petani Diprediksi Bakal Gagal Panen

SOREANG – Musim kemarau baru terjadi beberapa bulan kebelakang, tetapi dampak sudah dirasakan. Beberapa lahan pertanian di Kabupaten Bandung sudah mengalami kekeringan dan diprediksi akan mengalami gagal panen.

Dinas Pertanian Kabupaten Bandung mencatat sebanyak tujuh hektar sawah di wilayah Baleendah yang ditanami padi mengalami kekeringan akibat musim kemarau. Untuk mengantisipasinya, pihaknya menerjunkan pompa air pantek ke lokasi kekeringan.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Tisna Umaran mengatakan, luas sawah yang terkena dampak kekeringan parah akibat musim kemarau sebanyak 2 hektar. Jumlah tersebut terus bertambah menjadi 7 hektar di lokasi yang sama saat ini.

”Yang terkena parah 2 hektar di Baleendah, Kelurahan Margamekar, itu sudah langganan. Penyebabnya sumber air jauh. Sawah mengalami retak-retak,” Kata Tisna yang didampingi Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Pertanian, Yayan Agustian di Soreang, Rabu (26/6).

Menurut Tisna, pihaknya melakukan antisipasi dengan membuat sumur pantek. Dengan harapan sawah yang ditanami padi tidak mengalami fuso.  Katanya, musim kemarau diperkirakan berlangsung dari April hingga September mendatang.

”Waktu di BMKG rapat di bulan Maret, kemarau akan terjadi April sampai September. Ternyata di Bandung sampai Mei masih ada hujan. Kota Bandung (dan sekitarnya) kemarau basah. Dibeberapa derah semisal Pantura sudah kemarau,” katanya.

Dirinya menambahkan, saat ini dilaporkan jumlah sawah yang mengalami kekeringan parah menjadi 7 hektar. Sedangkan potensi sawah yang terancam kekeringan sebanyak 202 hektar. Beberapa alasan kekeringan yaitu sumber air yang susah dan keterlambatan masa tanam.

Lebih lanjut Tisna mengatakan, pihaknya menurunkan pompa air sebanyak 21 unit di lokasi sawah yang mengalami kekeringan. Kemudian melakukan perbaikan irigasi serta pola tanam yang diharapkan tidak terjadi tidak serentak.

Menurutnya, wilayah Baleendah, Ciparay dan Cikancung berpotensi mengalami kekeringan lebih cepat. Menurutnya, saat ini petani dan buruh tani rata-rata mengelola sawah seluas 0.5 hektar.

”Dampaknya ada tapi belum ada dampak kerugian. Apabila ada yang gagal panen kita berikan asuransi. Kalau petani masuk asuransi usaha tanam padi. Premi Rp 18 ribu perhektar untuk petani meski sebenarnya Rp 36 ribu. Kita subsidi. Klaim perhektar Rp 6 juta perhektar,” pungkasnya. (rus)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan