Ajay Imbau Pemudik Tak Bawa Saudara Saat Kembali Ke Cimahi

CIMAHI– Kedatangan pe­mudik dari kampung halaman­nya tak jarang menjadi gerbang kedatangan kaum urban ke kota besar. Pasalnya, para pe­mudik kerap membawa sanak saudara dari kampung hala­mannya untuk mencari pe­runtungan atau mendapatkan lapangan kerja.

Tak beda dengan Kota besar lainya, meski Kota Cimahi mempunyai wilayah yang kecil dan kalah populer se­bagai kota tujuan urbanisasi ketimbang Jakarta dan Bandung, namun Cimahi te­tap memiliki daya pikat ter­sendiri sebagai destinasi kaum urban mendapatkan peker­jaan.

Untuk itu, Wali Kota Cimahi, Ajay M. Priatna meminta ke­pada dinas terkait untuk da­pat mengantisipasi kedatan­gan kaum urban tersebut. Mereka yang harus dapat mengantisiapsi mulai dari aparat pemerintahan yang paling bawah yaitu RT, RW, dan kelurahan.

”Mereka kan yang menge­tahui kondisi di lapangan. Biasa yang namanya mudik apalagi saat arus balik, pe­mudik itu suka mengajak saudara dan temannya dari kampung. Dalam beberapa kesempatan, saya sudah sering bicara ke RT, RW, dan lurah, pengawasan terhadap pen­datang perlu diperketat,” kata Ajay, beberapa waktu lalu.

Ajay menjelaskan, meskipun Kota Cimahi merupakan salah satu kota industri di Indone­sia, namun bukan berarti banyak lapangan pekerjaan tersedia. Karena hal tersebut terjadi akibat dari pihak pe­merintah yang akan tetap memprioritaskan lapangan pekerjaan yang ada di Cimahi untuk warga Cimahi yang masih menganggur.

”Angka pengangguran di Cimahi ini cukup tinggi, ma­sih ada ribuan orang. Jadi lapangan pekerjaan di sini kami prioritaskan untuk warga Cimahi dulu. Bukan berarti Cimahi menolak ur­banisasi, tapi orang yang mau datang ke Cimahi, kalau pe­kerjaannya belum jelas, men­ding jangan dulu merantau,” jelasnya.

Ajay mengaku pihaknya cu­kup kerepotan untuk mengen­dalikan kaum urban yang kepalang datang dan men­cari peruntungan di Kota Cimahi.

”Jujur saja, susah mengen­dalikan pemudik yang pulang ke Cimahi membawa sau­daranya. Akhirnya banyak dari mereka yang nekat ke Cimahi tanpa bekal kemam­puan dan bekal ekonomi yang cukup justru jadi beban kelu­arga dan beban daerah,” im­buhnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan