48 Negara Bentuk Metode Pembelajaran Hukum Masyarakat Marginal di Bandung

BANDUNG – Sebanyak 48 negara yang tergabung dalam Global Alliance For Justice Education (GAJE)berkumpul di Kota Bandung untuk membicarakan bagaimana metode dan merealisasikan pembelaan hukum dan produk hukum untuk masyarakat termaginalkan.

Tahun ini, Kota Bandung tepatnya Fakultas Hukum Univeritas Pasundan (FH Unpas) menjadi tuan rumah pertemun bergengsi yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali itu yang diselenggarakan mulai 4 – 10 Desember 2019.

“Ternyata yang membuat kita kagum adalah ditengah masyarakat di negara yang disebutkan indovidualisnya tinggi seperti Amerika dan Eropa, justru pada pertemuan GAJE di Unpas tahun ini justru mengirimkan wakil negaranya yang terbanyak,” ujar Rektor Unpas, Prof. Dr. H. Eddy Jusuf, yang ditemui di sela Gala Dinner GAJE di Taman Badak Putih, Balai Kota Pemkot Bandung, Jalan Wastu Kencana, Sabtu (8/12/2019) malam.

Eddy mengatakan jika dari 52 negara yang menjadi anggota GAJE, 48 negara diantaranya hadir, dan USA menjadi negara dengan peserta terbanyak, selain Indonesia sebagai tuan rumah.

“Semoga apa yang dihasilkan dalam GAJE di Bandung tahun ini bisa membawa hasil dan dampak positif khususnya bagi masyarakat dan negara termaginalkan khususnya dalam penuntutan hak azasi dan kesadaran hukum,” tegas Eddy.

Eddy menjelaskan jika GAJE sendiri merupakan organisasi yang terdiri dari berbagai lapisan masyarakat dunia, dari mulai aktivis, pendidikan dan akademisi serta warga biasa.

Sementara itu, Dekan Fakultas Hukum Unpas, Dekan Fakultas Hukum (FH) UNPAS, Dr. Anthon Freddy Susanto S.H M.Hum menyebutkan jika dari negara yang menjadi anggota GAJE tersebut mengirimkan delegasinya.

“Hanya 4 yang tidak hadir dan salah satunya tidak bisa masuk ke Indonesia karena memang pihak Imigrasi menolak dan terpaksa kami pun menolaknya yakni dari Israel,” ujarnya di tempat yang sama.

Anton menyebutkan jika dalam GAJE ke 10 di Bandung ini lebih memfokus kedalam bagaimana pendidikan hak asasi dan hukum dalam penerapannya di dunia pendidikanya khususnya di kaum marginal.

“Jadi peserta mendatangi langsung bukan hanya mempresentasikan ide dan gagasan mereka dalam paper. Namun kami mengajak bagaimana untuk terjun langsung kepada masyarakat kaum marginal seperti disabiltas atau ke lab hukum Unpas yang memang banyak menangani kasus – kasus hukum kaum marginal,” tegas Anton.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan