2 Bulan Masih Ditenda Pengungsi

SOREANG – Korban long­sor tanah di Gunung Bubut di Kampung Gunung Bubut RT 05 RW 06, Desa Banda­sari, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung pada awal November 2018 lalu sampai saat ini masih berta­han ditenda pengungsian. Mereka sampai saat ini belum direlokasi ke hunian semen­tara (huntara) yang difasili­tasi pemerintah daerah.

Berdasarkan pantauan langs­ung, sisa material longsor masih gembur dan sangat memungkinkan terjadi long­sor kembali.

Salah seorang warga RT 05 RW 06, Beni, 40, mengung­kapkan, di kampung tersebut total ada18 kepala keluarga (KK) dengan jumlah 54 jiwa. Namun, yang terkena dampak langsung akibat longsor se­banyak 34 jiwa atau 11 KK mengungsi.

”Dua bulan ada (mengungsi). Di tenda banyak nyamuk, panas, tidak senyaman di rumah. Ada hujan tapi tidak besar,” ujarnya didampingi Eti (37) saat ditemui di Kampung Gunung Bubut, kepada wartawan di Banda­sari kemarin, (2/1).

Dia mengungkapkan, para pengungsi jika siang kem­bali ke rumah dan melakukan aktivitas seperti biasa. Namun, memasuki malam hari, war­ga kembali ke tenda peng­ungsian sebab khawatir ter­jadi longsor.

Menurutnya, pihaknya men­dengar jika 22 Desember 2018, pemda Kabupaten Bandung sudah akan mengeluarkan dana untuk pembangunan hunian sementara (huntara). Namun, pemilik tanah yang akan meminjamkan lahan belum memberikan tanda­tangan sehingga dana tersebut tidak jadi cair.

Sehingga, membuat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kembali mem­buat tenda pengungsian yang berada tidak jauh dari tenda pengungsian yang sudah ada.

”Di tenda pengungsian per­tama udah 2 bulan lebih, terus harus ke tenda pengungsian yang baru 3 bulan. Setelah itu baru infonya dana bisa cair buat huntara. Rencana Kamis besok ditempati,” katanya.

Beni menambahkan, dampak adanya longsor membuat pe­rekonomian keluarganya kurang berjalan dengan baik. Sebab tidak fokus memproduksi se­patu untuk disalurkan ke Ci­baduyut, Kota Bandung.

”Di rumah bikin sepatu, tapi waktunya gak cukup. Kalau siang tanggung dan gak cukup, kalau malam tidak tenang (takut longsor),” katanya.

Ia menambahkan, di Kam­pung Leuweung Datar seba­nyak 12 KK terkena dampak pergerakan tanah. Sehingga terdapat 11 rumah tidak layak huni dan harus ditinggalkan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan