Ubah Jalan Gasibu Jadi Majapahit

BANDUNG – Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) secara resmi mengganti nama Jalan Gasibu menjadi Jalan Majapahit dan Jalan Cimandiri menjadi Jalan Hayam Wuruk. Tak hanya itu berdasarkan aspirasi dari masyarakat dan para budayawan, Pemprov pun mengganti nama Jalan Pusdai jadi Jalan Citraresmi yang merupakan tokoh fenomenal dalam tragedi Perang Bubat.

Pengukuhan jalan itu sebagai tindak lanjut dari peresmian nama Jalan Padjadjaran dan Prabu Siliwangi yang sebelumnya dilakukan di Jawa Timur dan Yogyakarta sebagai bentuk rekonsiliasi budaya.

Dalam pengukuhan itu, Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan didampingi Gubernur Jawa Timur, Soekarwo dan Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Paku Alam X. Sebelum acara peresmian mereka menikmati pertunjukan tarian Kawung Koneng dari Jawa Barat dan Potre Koneng dari Jawa Timur mengawali rekonsiliasi antar dua budaya tersebut.

Gubernur Jabar mengungkapkan, Pulau Jawa merupakan sentral dari berbagai budaya dan bahasa. Sebab, tidak semua penduduk di Pulau Jawa menggunakan bahasa Jawa karena ada juga yang menggunakan bahasa Sunda dan Melayu. Menurutnya, rekonsiliasi tersebut akan menghilangkan sekat-sekat antara Sunda dan Jawa yang selama ini terjadi.

“Insyaallah sekat-sekat budaya yang terjadi itu kan tidak tajam tapi sering hadir pada momen-momen tertentu pada emosi kolektif masyarakat, misalnya momen perkawinan,” kata Guburnur yang karib disapa Aher itu kemarin (11/5).

Dikatakan Aher, dirinya sempat mengalami riak perselisihan saat akan melamar sang istri -Netty Prasetyani- dikarenakan adanya sekat antara budaya Sunda dan Jawa. Selama ini masyarakat percaya pernikahan yang dinilai pas adalah pria harus dari Jawa dan pengantin wanita dari Sunda. Namun, Aher yang merupakan asli Sunda mendapatkan istri yang berasal dari Jawa, sehingga sempat terjadi gejolak kecil.

“Ternyata kekhawatiran-kekhawatiran sirna karena tanpa dasar dan hanya emosi atau perasaan,” kata dia.

Dikatakan Aher, pemilihan jalan untuk nama-nama tersebut telah melalui berbagai kajian yang dilakukan para pakar dan akademisi serta budayawan. Sejak 2015, lanjut Aher, telah dilakukan beragam kajian ilmiah untuk menjaring gagasan serta aspirasi dari beberapa kampus di Surabaya. Adapun di Jawa Barat, pihaknya juga telah melakukan serangkaian diskusi untuk menentukan nama jalan tersebut.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan