Tumbuhkan Budaya Melalui Kompetisi Tari

BANDUNG – Sejumlah anak tingkat Sekolah Dasar (SD) se-Kota Bandung sa­ling menunjukkan potensi dan bakat­nya dalam kompetisi Super Progresif Pasanggiri Seni Tari Sunda, Karawitan Gamelan dan Rampak Kendang 2018. Kegiatan yang diselenggarakan di Taman Air Super Progresif tersebut berlangs­ung sejak 21-22 November 2018.

Dalam kompetisi tersebut, terdapat tiga kriteria yang di pertandingkan, antara lain Seni Tari Sunda, Karawitan Gamelan dan Rampak Kendang. Ma­sing-masing kompetisi diikuti anak tingkat SD mulai dari kelas satu hing­ga kelas enam. Kurang lebih, terdapat 39 peserta dari 9 SD di Kota Bandung yang mengikuti kompetisi tersebut.

Kompetisi yang digagas Super Pro­gresif tersebut adalah upaya untuk menumbuhkan kesadaran dan minat masyarakat, terutama anak-anak di Kota Bandung terhadap seni serta budaya di wilayahnya. Anak-anak ting­kat SD dipilih lantaran dinilai mudah mencerna berbagai masukan positif untuk, khususnya seni dan budaya.

General Manager Taman Air Super Progresif, Ade Rachman menyebutkan, kegiatan yang pertamakali diseleng­garakan pihaknya tersebut adalah agar orangtua bisa memberikan pendidikan terkait seni budaya sejak dini. Dengan begitu, anak-anak akan mampu men­jaga dan mencintai budaya di daerahnya.

“Bibit itu kan tumbuh dari bawah dan kalau kita sudah memupuk sejak dini, mungkin saat remaja akan ber­kelanjutan. Terlebih, suatu negara akan dihargai apabila warga negaranya menghormati dan menjunjung tinggi kebudayaannya,” ujar Ade di Bandung, kemarin.

Dalam kompetisi tersebut, pihaknya sengaja mendatangkan tiga orang juri dari kalangan akademisi Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI) Bandung yang menjadi tim penilai. Terdapat tiga kriteria yang menjadi penilaian juri, antara lain Wiraga, Wi­rasa dan Wirahma. Masing-masing peserta harus lolos dari kriteria terse­but agar mampu menjadi juara.

“Wiraga itu bentuk seni geraknya, wirasa adalah merasakan apa yang disampaikan pada penonton dan Wi­rahma adalah menjiwai dari segi tari gerak agar penyampaian sampai ke penonton. Itu menjadi tingkat peni­laiannya, selain kostum dan kelom­pokannya,” kata dia.

Meski dalam kompetisi tersebut ter­dapat tiga kesenian yang pihaknya di pertandingkan, tetapi masyarakat hanya antusias terhadap Seni Tari, sementara Karawitan dan Rampak Kendang kurang diminati. Untuk itu, Ade merasa perlu adanya kolaborasi dengan berbagai pihak agar bisa me­ningkatkan minat masyarakat terhadap seni budaya lainnya.

Tinggalkan Balasan