SMPN 2 Cileunyi Gelar Seni Budaya Tradisional

SOREANG – Jajaran SMPN 2 Cileunyi melibatkan pimpinan kewilayahan dan Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bandung menggelar kegiatan Outdoor Class Room Day, Kamis (1/11). Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam rangka melestarikan permainan tradisional sekaligus memperingati hari anak internasional pada November.

JUMPA PERS: Kepala SMPN 2 Cileunyi Setiawan saat memberikan keterangan kepada awak media, disela kegiatan.

Selain itu, dilaksanakan juga deklarasi sekolah ramah anak dan menolak segala kekerasan terhadap anak di sekolah. Termasuk kegiatan lainnya, senam masal, upacara yang semuanya dihadiri oleh peserta sebanyak 1.200 orang.

Kepala SMPN 2 Cileunyi, Setiawan mengungkapkan kegiatan outdoor class room dilaksanakan untuk mengingatkan kepada anak tentang permainan tradisional. Serta melaksanakan deklarasi sekolah ramah anak dan mencegah kekerasan terhadap anak.

”Targetnya, ini (kegiatan) mengingatkan kepada anak tentang permainan anak yang dulu engrang, sapintrong. Kemudian deklarasi sekolah ramah anak dan mencegah kekerasan kepada anak, tidak ada bully,” Jelas Setiawan kepada Jabar Ekspres di Cileunyi, kemarin (2/11).

Dia menuturkan, berbagai unsur instansi terkait turut hadir dalam acara tersebut diantaranya Kapolsek, Camat, Muspika dan Disdik Kabupaten Bandung. Terkait dengan sekolah ramah anak, pihaknya mengaku sudah menjalankannya satu tahun ke belakang.

BERIKAN HAK ANAK: Pelajar dari SMPN 2 Cileunyi mengenakan baju adat untuk peringati hari anak.

”Pesan kita, mencegah terjadi kekerasan pada anak, kedua melaporkan kalau ada kekerasan terhadap anak,” katanya.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung, Juhana mengatakan sekolah ramah anak harus memberikan jaminan, hak-hak serta perlindungan kepada anak yaitu hak pendidikan, bermain terbebas dari tekanan, kekerasan dan bullying. Menurutnya, ada dua aspek sekolah ramah anak yaitu fisik dan non-fisik.

Kegiatan ini bertujuan mencegah kekerasan terhadap anak, kesakitan anak karena keracunan makanan, kecelakaan di sekolah karena prasarana dan bencana alam.  Selain itu mencegah anak jadi perokok dan pengguna Napza, menciptakan hubungan baik antara anak dengan pihak sekolah dan lingkungan sekolah, memudahkan pemantauan anak selama berada dilingkungan sekolah.  Memudahkan pencapaian tujuan pendidikan, menciptakan lingkungan hijau, menciptakan anak agar lebih betah di sekolah, dan anak akan terbiasa dengan pembiasaan pembiasaan positif,   jelas Juhana.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan