Sekolah Juara Rangkul Anak Khusus dan Disabilitas

BANDUNG – Dinas Pendidikan (Disdik) Jawa Barat merencanakan program Sekolah Juara guna memfasilitasi pendidikan bagi anak khusus dan berkebutuhan khusus. Hal ini dilakukan karena masih tingginya anak keterbutuhan khusus yang belum terakomodir.

Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat Ahmad Hadadi mengatakan, anak khusus dan keterbutuhan perlu perhatian khusus. Sebab, angka pertahunnya mengalami penambahan.

”Tugas kita selain melakukan secara aktif bersama sama dengan warga, mitra dinas, pemkab, pemkot agar bisa melakukan pendataan secara benar. Berkenaan dengan keadaan status anak-anak kita,” kata Ahmad Hadadi pada Rangkaian Rapat Koordinasi Penyusunan Program dan Anggaran PK PLK Tingkat Provinsi Jawa Barat, Pada kegiatan  Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Bidang Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Dinas Pendidikan Jawa Barat Tahun 2018 di Hotel Prime Park, Jalan Surapati, Kota Bandung, kemarin (11/10).

Hal kedua yang perlu diperhatikan, kata Hadadi, para SDM guru dan tenaga pendidik harus memiliki program yang efektif bagaimana memberikan pendidikan yang tepat untuk anak-anak yang mengalami disabilitas.

Ketiga, bagaimana pemerintah menyiapkan infrastruktur dan fasilitas pendidikan yang baik. Termasuk SDM, guru, dan tenaga kependidikan. ”Tidak lupa, penanganan disabilitas peran pemerintah tidak ada artinya apa-apa tanpa ada dukungan masyrakat,” ungkapnya.

Kenapa peran masyarakat sangat penting, Hadadi sadar betul, saat ini baru ada 39 SLB negeri yang tersebar di 27 kabupetan/kota di Jawa Barat. Saat ini yang tertangani baru ada 12 persen dari total populasi masyarakat Jawa Barat.

”Anak anak kita sekitar 16 juta. Jika 10 persen saja 1,6 juta. Sedangkan murid kita baru 20.000-an. Masih ada pekerjaan rumah yang besar dalam penanganan pendidikan,” ungkapnya.

Hadadi menegaskan, ada cenderung peningkatan autis dengan hadirnya smartphone, media sosial dan televisi. Anak lebih konsentrasi ke sana. Lebih banyak berinteraksi dengan mesin. ”Sadar atau tidak sadar autism anak cenderung meningkat karena kesalahan kita sendiri,” ucapnya.

”Dengan kondisi yang ada, tugas guru bukan sekadar mengajar. Tapi menjadi relawan disabilitas. Bekerja sama dengan masyarakat, dinas sosial, perguruan tinggi yang peduli dengan disabilitas,” sambungnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan