Sehari Ada 3.500 Hoax Beredar

BANDUNG – Informasi bohong atau hoax yang masih berseliweran di Media Sosial (Medsos) dianggap berbahaya untuk keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Terlebih, Indoneisa tengah memasuki masa kampanye Pemilihan Legislatif (Pileg) dan juga Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.

Merujuk dari informasi dari Kepolisian Republik Indonesia (Polri), dalam sehari terdapat sekitar 3.500 hoax yang tersebar di Medsos. Selain itu, diperkirakan isu tersebut akan terus meningkat saat pemilu. Karenanya, peran media menjadi sangat strategis dalam membangun kesadaran politik masyarakat.

Hal tersebut menjadi landasan bagi Dynamic Nasionalis Community (DNC) sebagai salah satu komunitas sosial yang banyak melakukan pengkajian mengenai persoalan politik untuk menggelar diskusi publik bertajuk “Media Jabar Bersatu Tangkal Hoaks Guna Sukseskan Pemilu 2019”.

Dalam diskusi yang menghadirkan berbagai perwakilan mulai dari pemerintah, pakar, hingga akademisi yang duduk bersama para insan pers dari media arus utama hingga dari pers kampus untuk mengupas tentang perang terhadap hoax tersebut.

Kadiskominfo Kota Bandung, Ahyani Raksanagara menyampaikan, dalam UU ITE jelas membahas tegas soal sanksi hukuman bagi penyebaran luas berita bohong atau hoax. Semua pihak perlu bekerja keras untuk terus memantau akun-akun di Medsos. Begitu ada yang menyebar hoaks, maka bisa langsung ditindak.

Menyikapi pemberantasan hoax di masyarakat selain memproteksi diri, Ahyani juga menyebut, saat ini pola pikir masyarakat harus bertekad membiasakan diri dan memahami betul aturan. Hal tersebut untuk mengingatkan pentingnya proses edukasi bagi masyarakat mengenai informasi yang masuk.

Menurutnya, peran vital pemerintah khususnya Kemenkominfo dan Bawaslu semakin gencar agar informasi dari satu sumber tidak langsung dipercaya. Selain itu, harus ada pengecekan dari konfirmasi yang diterima. Sebab, peredaran hoax muncul salah satunya faktor kemauan membaca masih rendah.

“Berdasarkan survei tingkat membaca di Indonesia dalam satu tahun orang hanya baca 27 halaman secara betul-betul atau seribu bandung satu yang membaca. Maka dari itu kami, di pemerintah terus berusaha meliterasi masyatakat dalam pemanfaatan internet maupun menangkal hoax,” kata dia.

Dikatakan dia, selama ini pemerintah terbilang beruntung karena dibantu berbagai komunitas hingga media yang peduli dan anti penyebaran terhadap hoax. Menurutnya, semua pihak terus bersinergi meningkatkan literasi, pemahaman dan kepedulian masyarakat terhadap situasi tersebut.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan