Remaja Kudu Sadar Kesehatan Reproduksi

BANDUNG – Konfederasi Anti Pemiskinan (KAP) Indonesia mengajak masyarakat untuk sadar dan paham berkenaan dengan kesehatan reporoduksi anak/remaja dan bahaya HIV/Aids. Dengan menggunakan kaos putih mereka mengkampanyekan hal itu di Car Free Day (CFD) Dago kota Bandung, kemarin (18/2).

”Kita di sini mengkampayekan bahaya HIV/Aids bersama sejumlah anak remaja dengan berbagai jenjang pendidikan,” kata Direktur KAP Indonesia, Bambang Sundayana.

Menurutnya, pengetahuan kesadaran reproduksi yang minim serta pemahanan penularan HIV/Aids yang kurang memadai mendorong remaja berprilaku seks yang tidak aman. Semenjak tahun 2015-2018, KAP Indonesia melalui Program Peduli berupaya membuka akses layanan kesehatan reproduksi dan konseling bagi kelompok anak dan remaja rentan. ”Dari Proses pendampingan yang dilakukan, kasus yang kerapkali muncul adalah penyakit menular seksual, kehamilan yang tidak diinginkan artinya pemahaman anak/remaja mengenai kesehatan reproduksi dan HIV/Aids masih rendah,” ujarnya.

Kata dia, pengabaian terhadap informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi bagi remaja merupakan bentuk pelangaran hak-hak reproduski remaja yang nyata. Tidak terpenuhinya hak-hak kesehatan reproduksi remaja, pada akhirnya akan tidak saja mengakibatkan mereka mengalamai kesulitan dalam menangani seksualitas mereka, tetapi juga harus menjadi survivor dari para pelanggar hak-hak reproduksi.

”Sebut saja. Misalnya, kasus-kasus yang banyak dialami remaja saat ini, perdagangan (trafficking) remaja perempuan, prostitusi remaja, kehamilan tidak dikehendaki (unwanted pregnance), aborsi tidak aman (unsave abortion), pelecehan seksual, perkosaan remaja, dan penganiayaan anak (child abuse),” terang dia.

Untuk kasus kehamilan lanjut dia, yang tidak dikehendaki misalnya. Dalam beberapa kasus, seringkali diakibatkan karena informasi yang keliru, melakukan hubungan seks satu kali saja tidak akan menyebabkan kehamilan. ”Secara berantai, kasus ini biasanya akan diikuti dengan penderitaan yang lain terutama bagi remaja perempuan, yaitu aborsi tidak aman yang akan bisa merenggut nyawa mereka. Risiko lain, mereka harus menjalani kawin muda, yang seringkali lebih dimaksudkan untuk kepentingan orang tua dan keluarga, yang merasa malu karena anak remajanya melakukan hubungan seks dan mengakibatkan kehamilan,” ujarnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan